Friday, October 28, 2011

Antara Sikap Menahan Marah Dan Penuh Kasih Sayang..

Kelemahlembutan adalah akhlak mulia. Ia berada di antara dua akhlak yang rendah dan buruk, iaitu kemarahan dan kebodohan. Bila seorang hamba menghadapi masalah hidupnya dengan kemarahan dan emosional, akan tertutuplah akal dan fikirannya yang akhirnya menimbulkan perkara-perkara yang tidak diridhai Allah ta’ala dan rasul-Nya. Dan jika hamba tersebut menyelesaikan masalahnya dengan kebodohan dirinya, niscaya ia akan dihinakan manusia. Namun jika dihadapi dengan ilmu dan kelemahlembutan, ia akan mulia di sisi Allah ta’ala dan makhluk-makhluknya. Orang yang memiliki akhlak lemah lembut, insya Allah akan dapat menyelesaikan masalah hidupnya tanpa harus merugikan orang lain dan dirinya sendiri.Melatih diri untuk dapat memiliki akhlak mulia ini dapat dimulai dengan menahan diri ketika marah dan mempertimbangkan baik buruknya suatu perkara sebelum bertindak. Kerana setiap manusia tidak pernah terpisahkan dari masalah hidup, jika ia tidak membekali dirinya dengan akhlak ini, niscaya ia gagal untuk menyelesaikan masalahnya.
Demikian agungnya akhlak ini sehingga Rasullah memuji sahabatnya Asyaj Abdul Qais dengan sabdanya :
“Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai Allah yakni sifat lemah lembut (sabar) dan ketenangan (tidak tergesa-gesa)”. (HR. Muslim)
Akhlak mulia ini terkadang diabaikan oleh manusia ketika amarah telah menguasai diri mereka, sehingga tindakannya pun ada kesan negatif bagi dirinya ataupun orang lain. Padahal Rasulullah sudah mengingatkan dari sifat marah yang tidak pada tempatnya, sebagaimana beliau bersabda kepada seorang sahabat yang meminta nasIhat : “ Janganlah kamu marah.” Dan beliau mengulanginya berkali-kali dengan bersabda : “Janganlah kamu marah”. (HR. Bukhari).
Dari hadits ini diambil faedah bahwa marah adalah pintu keburukan, yang penuh dengan kesalahan dan kejahatan, sehingga Rasulullah mewasiatkan kepada sahabatnya itu agar tidak marah. Tidak berarti manusia dilarang marah secara mutlak. Namun marah yang dilarang adalah marah yang disebabkan oleh hawa nafsu yang memancing pelakunya bersikap melampaui batas dalam berbicara, mencela, mencerca, dan menyakiti saudaranya dengan kata-kata yang tidak terpuji, yang mana sikap ini menjauhkannya dari kelemahlembutan.
Didalam hadits yang shahih Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : “Bukanlah dikatakan seorang yang kuat itu dengan bergulat, akan tetapi orang yang kuat dalam menahan dirinya dari marah”. (Muttafaqqun’alahi).

Ulama telah menjelaskan berbagai cara menyembuhkan penyakit marah yang tercelah yang ada pada seorang hamba, iaitu :
Berdoa kepada Allah, yang membimbing dan menunjuki hamba-hambaNya ke jalan yang lurus dan menghilangkan sifat-sifat buruk dan hina dari diri manusia. Allah ta’alah berfirman: “Berdoalah kamu kepadaku niscaya akan aku kabulkan.” (Ghafir: 60)
Terus-menerus berdzikir pada Allah seperti membaca Al-Quran, bertasbih, bertahlil, dan istighfar, kerana Allah telah menjelaskan bahwa hati manusia akan tenang dan tenteram dengan mengingat Allah. Allah berfirman : “Ingatlah dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” ( Ar-Ra’d : 28).
Mengingat nas-nas yang menganjurkan untuk menahan marah dan balasan bagi orang-orang yang mampu manahan amarahnya sebagaimana sabda nabi shalallahu ‘alaihi wasallam :
“ Barangsiapa yang menahan amarahnya sedangkan ia sanggup untuk melampiaskannya, (kelak di hari kiamat) Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluq-Nya hingga menyuruhnya memilih salah satu dari bidadari syurga, dan menikahkannya dengan hamba tersebut sesuai dengan kemahuannya “ (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat shahihul jami’ No. 6398).
Merubah posisi ketika marah, seperti jika ia marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah ia duduk, dan jikalau ia sedang duduk maka hendaklah ia berbaring, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam : “ Apabila salah seorang diantara kamu marah sedangkan ia dalam posisi berdiri, maka hendaklah ia duduk. Kalau telah reda/hilang marahnya (maka cukup dengan duduk saja), dan jika belum hendaklah ia berbaring.” (Al-Misykat 5114).
Berlindung dari syaitan dan menghindar dari sebab-sebab yang akan membangkitkan kemarahannya.
Demikianlah jalan keluar untuk selamat dari marah yang tercela. Dan betapa indahnya perilaku seorang muslim jika dihiasi dengan kelemahlembutan dan kasih sayang, kerana tidaklah kelemahlembutan berada pada suatu perkara melainkan akan membuatnya indah. Sebaliknya bila kebengisan dan kemarahan ada pada suatu urusan niscaya akan memburukkannya. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda :
“ Tidaklah kelemahlembutan itu berada pada sesuatu kecuali akan membuatnya indah, dan tidaklah kelembutan itu dicabut kecuali akan menjadikannya buruk.” (HR. Muslim).
Wallahu a’lam…


Thursday, October 27, 2011

Ikhtiar Dan Doa Usaha Menuju Kehidupan Bahagia..

Termasuk hal-hal yang dapat mendatangkan kesenangan dan menghilangkan kesedihan adalah berusaha menghilangkan faktor yang menyebabkan kesedihan tersebut serta berusaha mencari faktor yang dapat mendatangkan kesenangan yang diinginkan. Caranya iaitu melupakan musibah-musibah yang sudah berlalu dan tidak mungkin dapat diatasi. Juga harus memahami, menyibukkan fikiran dengan hal-hal tersebut adalah perbuatan sia-sia, tidak berguna, dan gila.

Dengan demikian dia berusaha agar hatinya tidak lagi memikirkan hal-hal tersebut, berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya yang kekurangan, perasaan takut atau lainnya dari kekhuatiran yang dia bayangkan pada masa depan. Maka dia memahami bahwa masa depan tidak dapat diketahui, termasuk di dalamnya masalah kebaikan, keburukan, harapan-harapan dan musibah. Semuanya berada di Tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Manusia tidak kuasa apa-apa kecuali berusaha mendapatkan kebaikan dan menolak kemudharatan.

Dengan demikian seorang hamba mengetahui, bila dia tidak gelisah memikirkan nasibnya yang akan datang, bertawakkal kepada Allah untuk memperbaiki nasibnya serta merasa tenteram dengannya, maka hatinya akan tenang, keadaannya akan pulih dan akan hilang kesedihan dan kegelisahannya.
Termasuk hal yang paling berguna untuk menyambut masa depan yang baik adalah: “Menggunakan do’a yang pernah dipanjatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan urusan pokokku, perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku, perbaikilah akhiratku yang ke sanalah tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini tambahan bagiku dalam setiap kebaikan dan (jadikanlah) kematian itu keterlepasan bagiku dari setiap keburukan.” (HR: Muslim)
Begitu pula do’a beliau:

“Ya Allah, aku mengharapkan rahmatMu, maka janganlah Kau pasrahkan (urusan)ku pada diriku sendiri walau sekejap mata. Dan perbaikilah urusanku semuanya. Tidak ada sesembahan yang haq melainkan Engkau.” (HR: Abu Daud dengan sanad shahih)

Bila seorang hamba memanjatkan do’a ini untuk kebaikan agama dan dunianya pada masa yang akan datang disertai hati yang hadir, niat yang benar dan memang berusaha untuk itu, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan do’a, harapan dan apa yang dia usahakan. Berubahlah kesedihannya menjadi kebahagiaan dan kesenangan. Insya Allah…Wallahul Musta’anu ‘ala maa tashifuun….


Friday, October 21, 2011

Tomboy : Wanita Yang Menyerupai Lelaki

Akhir-akhir ini telah muncul sekelompok wanita yang menyimpang dari fitrah Allah Subhanahu wa Ta’ala, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan manusia di atas fitrah itu. Mereka menunjukkan sifat yang tidak sesuai dengan tabiat kewanitaan mereka, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan tabiat tersebut untuk membezakan dengan tabiat laki-laki.
Akibatnya sekelompok wanita tersebut banyak menemui kesulitan dan kesempitan, mereka mengalami problem fizikal dan psikis, menjadi wanita-wanita yang tersisih yang dibenci sekaligus menjadi pelampiasan kemarahan suami dan anak-anak mereka.
Di samping itu ada ancaman yang amat keras lagi bagi para wanita yang meyimpang dari fitrah dan kudrat kewanitaan mereka serta menyerupai laki-laki dalam hal berpakaian, penampilan, akhlak dan tindakan. Dalam sebuah hadits shahih dari ibnu Abbas Radhiallaahu anhu dia berkata:
“Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang berpenampilan seperti laki-laki” (HR: Al-Bukhari).
Laknat artinya terusir dan dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wanita yang berpenampilan seperti laki-laki artinya yang meniru-niru laki-laki dalam berpakaian dan penampilan. Adapun meniru dalam hal ilmu dan pemikiran maka hal itu terpuji.
Dari Salim Bin Abdullah dari bapaknya, dia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam:
“Ada tiga golongan manusia yang tidak akan dipandang oleh Allah Azza Wa Jalla pada hari kiamat: Orang yang durhaka kepada orang tua, wanita yang menyerupai laki-laki, dan Dayuts (orang yang tidak punya rasa cemburu)” (HR: An-Nasai)



Beberapa Bentuk Penyerupaan Wanita Kepada Laki-Laki
Banyak sekali bentuk penyerupaan wanita terhadap laki-laki. Masalah ini tidaklah terbatas hanya dalam hal pakaian saja tetapi meliputi lebih dari itu, di antara bentuk (penyerupaan) terhadap laki-laki yang sering dilakukan oleh para wanita adalah:
Menyerupai laki-laki dalam hal berpakaian berupa memakai pakaian yang persis menyerupai pakaian laki-laki dan memakai seluar panjang yang pada asalnya merupakan pakaian laki-laki dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa “Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Sallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki. Pernah ditanyakan kepada Aisyah Radhiallaahu anha bahwa ada seorang wanita yang memakai kasut (model laki-laki), maka berkatalah Aisyah: “Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Sallam melaknat wanita yang meniru-niru laki-laki.” (HR: Abu Dawud).
Tidak berpegang teguh terhadap Hijab (pakaian wanita muslimah) yang disyariatkan. Imam Adz-Dzahabi berkata: “Di antara perbuatan yang menyebabkan terlaknatnya wanita adalah menampakkan perhiasan, emas dan berlian di balik hijab dan memakai wangi-wangian ketika keluar atau memakai pakaian yang menyolok mata … Semua itu termasuk tabarruj yang dimurkai Allah dan dimurkai pula orang yang melakukannya di dunia dan akhirat.”
Ramai keluar rumah tanpa ada keperluan baik bersama pemandu peribadi, naik kenderaan awam atau memandu sendiri seperti yang banyak terjadi di beberapa negara atau berjalan kaki sekalipun jaraknya jauh.
Berdesak-desakan dengan laki-laki dan bercampur baur dengan mereka di pasar-pasar dan di tempat-tempat umum, bahkan sebahagian mereka tidak merasa malu untuk menunggu di barisan laki-laki ketika menunggu, masuk dan duduk diantara laki-laki khususnya di lapangan bisnes.
Meninggikan suara dalam berbicara dengan laki-laki dengan suara yang keras sehingga terdengar dari kejauhan. Padahal tabiat seorang wanita biasanya berbicara rendah dan menghindari berbicara dengan laki-laki asing.
Meniru kebiasaan laki-laki dalam hal berjalan dan beraktiviti, berupa berjalan di pasar-pasar atau jalanan seperti berjalannya laki-laki dengan gagah menyerupai gerakan laki-laki yang menampakkan kegagahan dan kejantanan.
Kasar dalam bermuamalah dan berakhlak dengan keluarga dan kerabatnya, tidak lembut, kasar, keras kepala dan tidak menghargai orang lain, semua ini tercela bagi laki-laki apalagi bagi wanita?

Tidak memakai perhiasan yang khusus bagi wanita seperti pacar, celak mata, dan yang lainnya sehingga menjadi seperti laki-laki dalam bentuk dan penampilan. Aisyah Radhiallaahu anhu berkata:
“Ada seorang wanita menyerahkan sebuah buku dengan tangannya dari balik hijab kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliaupun mengambilnya lalu berkata: “Aku tidak tahu apakah ini tangan laki-laki ataukah tangan wanita?” Aisyah menjawab: “Tangan wanita.” Beliau berkata lagi: “Kalau engkau wanita maka engkau harus merubah kuku-kukumu,” maksudnya dengan pacar.” (HR: Abu Dawud)
Menyerupai laki-laki dalam berpenampilan berupa memotong rambut seperti potongan rambut laki-laki, memanjangkan kuku, posisi ketika berdiri atau duduk dan sebagainya.
Melepaskan diri dari pengawasan suami atau wali. Dia tidak mahu menerima kalau dirinya berada di bawah pengaturan suami atau wali dia menginginkan kebebasan bertindak secara mutlak tanpa izin atau pengawasan laki-laki yang memang bertanggung jawab atas dirinya.
Bepergian tanpa mahram dengan berbagai alat transportasi dan yang paling masyur adalah kapal terbang. Dia sendirilah yang membeli tiket, pergi ke lapangan terbang, dan bepergian tanpa mahram yang menyertainya dan melindunginya dari orang-orang fasik. Perbuatannya itu telah menyimpang dari diennya (agamanya) dan tabiatnya. Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: “Janganlah seorang wanita bepergian (musafir) kecuali dengan mahramnya.” (muttafaq ‘alaih)
Sedikitnya rasa malu, seorang wanita tomboy telah tercabut rasa malu dari keperibadian dan akhlaknya, ia tak ubahnya seperti pohon terdedah tak berkulit. Berbicara tentang segala hal, berbual dengan setiap orang pergi ke berbagai tempat tanpa rasa malu dan akhlak, sebagai mana sabda Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits yang shahih:
“Sesungguhnya di antara hal yang telah diketahui manusia dari ucapan para nabi yang dulu adalah: Kalau kamu tidak merasa malu maka bertindaklah semahumu.”
Inilah beberapa bentuk penyerupaan wanita terhadap laki-laki yang keburukannya begitu nyata dikalangan para wanita, dan hal ini amat patut disesalkan. Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan yang menyeluruh tentang definisi wanita tomboy iaitu:
Wanita yang menyerupai laki-laki dalam hal berpakaian, penampilan, berjalan, berbicara, meninggikan suara, beraktiviti dan bercampur baur. Atau secara ringkasnya bahwa seorang wanita dikatakan tomboy kalau dia meniru seperti laki-laki (padahal yang ia tiru adalah merupakan ciri laki-laki yang bertentangan dengan kudrat kewanitaannya).
Beberapa sebab seorang wanita menjadi tomboy Ada beberapa penyebab yang mendorong seorang wanita menjadi tomboy yang secara umum diantaranya adalah sebagai berikut:
Kurangnya iman dan sedikitnya rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kerana terjerumusnya seseorang kepada maksiat baik dosa kecil ataupun dosa besar merupakan akibat dari kurangnya iman dan lemahnya perasaan merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla.
Kurang pendidikan, peribahasa mengatakan bahwa seseorang adalah anak bagi lingkungannya. Bila lingkungan tempat dia hidup merupakan lingkungan yang shaleh, maka diapun akan shaleh, kalau lingkungannya buruk maka diapun akan seperti itu. Seorang anak wanita yang hidup dirumah yang tunggang-langgang yang kosong dari pendidikan yang baik pada umumnya akan menyeret dia kepada berbagai penyimpangan.
Pengaruh media massa dengan berbagai bentuk dan jenisnya, baik tontonan, yang di dengar, ataupun bacaan. Di dalamnya berkembang dan tersebar pemikiran-pemikiran sesat dan penyimpangan yang akan menyesatkan para wanita dan mendorong mereka untuk melanggar norma agama dan prinsip-prinsip kebenaran.
Taklid buta, dia berpakaian dan berperilaku tanpa memahami dan mengetahui apa yang dia lakukan, juga tidak memikirkan manfaat dan mudharaatnya. Dia hanya sekedar ikut-ikutan kepada apa yang ada di sekitar dirinya, dari kawan-kawannnya dan dari para seniwati (artis atau bintang), sekalipun hal itu bertentangan tabiat kewanitaannya.
Kawan bergaul yang buruk perangai, di antara hal yang tidak diragukan lagi adalah kawan bergaul yang mempunyai pengaruh besar dalam peribadi seseorang baik positif ataupun negatif. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam:
“Perumpamaan kawan bergaul yang saleh dengan kawan bergaul yang buruk seperti orang yang menjual minyak wangi dengan Tukang Besi. Panjual minyak wangi mungkin dia akan memberikan kepadamu atau kamu membeli darinya, atau kamu dapat mencium harumnya. Adapun tukang besi mungkin dia dapat membakar pakaianmu atau kamu mencium bau busuk darinya.” (Muttafaq ‘alaih).
Kurang percaya diri dan dalam usaha menarik perhatian, sebahagian wanita ada yang merasa kurang percaya diri dan berupaya menutup kekurangan itu dengan cara yang justeru menyeret mereka kepada keburukan yaitu menyerupai laki-laki dalam berperilaku, penampilan, pakaian dan sebagainya.
Contoh yang buruk, contoh (figure) merupakan unsur pendidikan yang terpenting. Kadang-kadang seorang ibu berperilaku menyerupai laki-laki lalu dicontohi oleh anak perempuannya. Umumnya para anak wanita memiliki keperibadian kerana mencontohi ibu-ibu mereka. Maka seorang ibu yang tidak menghargai dan tidak menghormati ayah, pada umumnya anak wanitanya pun bertabiat seperti itu iaitu tidak menghargai suami mereka. Dan seorang ibu yang kasar nada bicaranya dan selalu keras dalam bersuara maka anak perempuannya pun akan mewarisi sifat ini pula.
Tidak adanya rasa cemburu dari suami atau walinya, sehingga tidak mencegah dia dari penyimpangan dalam masalah hijab dan pakaian dan tidak melarangnya dari perilaku tidak layak.
Demikian diantara sebab-sebab terpenting yang dapat menjerumuskan wanita ke dalam sikap meniru kaum laki-laki. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga kita dari segala perbuatan yang menyelisihi syari’atNya serta membimbing kita semua agar tetap diatas fitrah yang diridhaiNya. Wallahu a’lam…


Wednesday, October 19, 2011

Maksud Sikap CEMBURU Dalam Islam Dan Cara Mengubatinya

Beberapa tabloid pernah mengemukakan kisah “perang saudara” di antara isteri-isteri yang hidup dalam suasana poligami, di mana ada yang mencurah asid, menikam dengan pisau dapur dan mengejar antara satu sama lain. Aksi-aksi cemburu seperti ini menjadi topik perbualan serta gelak ketawa di kalangan masyarakat. Demikianlah sifat sebahagian media cetak , ia tidak mendidik pembacanya ke arah ilmu yang bermanfaat, sebaliknya merendahkan pembacanya kepada perbuatan-perbuatan yang menyelisihi ilmu, norma sihat dan etika mulia.
Sebenarnya cemburu tidak sekadar berlaku di antara isteri-isteri yang hidup di alam poligami. Ada isteri yang cemburu apabila suaminya berbuat baik kepada ibu atau adik perempuannya. Ada suami yang cemburu apabila isterinya melayan tetamu minum petang terlebih baik daripada melayan dirinya. Ada abang yang cemburu apabila adiknya menerima hadiah daripada ibubapanya. Justeru cemburu adalah sesuatu yang lazim berlaku. Hanya ia lebih sensasi jika berlaku di kalangan mereka yang hidup di alam poligami.

Maksud Cemburu.
Secara mudah, cemburu bererti reaksi seseorang apabila sesuatu yang memiliki kepentingan bagi dirinya disaingi atau dicabar. Reaksi tersebut boleh jadi perasaan yang benci dan marah, boleh juga diterjemahkan kepada perbuatan fizikal seperti memecahkan atau membaling barang.
Cemburu ada yang terpuji, iaitu benci dan marah kepada orang yang menyembah tuhan selain Allah, mengamalkan cara hidup selain dari apa yang Islam gariskan dan menukar-nukar ajaran Islam dengan tafsiran tersendiri. Perasaan cemburu seperti ini lahir kerana Allah dan Islam berada dalam posisi yang penting dalam diri seseorang. Apabila ia disaingi atau dicabar, maka lahirlah rasa cemburu.
Reaksi cemburu ini seterusnya diterjemahkan kepada perbuatan mengajak orang kepada menyembah Allah (dakwah), mencegah kemungkaran yang sedang berlaku (nahi mungkar) dan membela ajaran Islam yang tulin agar masyarakat tidak terpengaruh dengan ajaran sesat.
Termasuk sifat cemburu yang terpuji ialah apabila seorang suami memantau pakaian dan pergaulan isterinya agar sentiasa menepati tunjuk ajar Islam. Suami yang membiarkan isterinya tanpa menutup aurat, bergaul bebas dengan lelaki asing, tidak mendirikan solat dan sebagainya dicela oleh Rasulullah sebagai lelaki dayus. Baginda menegaskan:

“Tiga (jenis orang) yang Allah haramkan syurga ke atasnya: orang yang ketagih arak, orang yang menderhaka kepada ibubapanya dan orang yang dayus – iaitu orang yang membiarkan maksiat dilakukan oleh ahli keluarganya.” [Musnad Ahmad, no: 6113 dan dinilai sahih oleh Syu’aib al-Arna’uth]

Berdasarkan hadis ini, jika seorang isteri itu memiliki suami yang prihatin memantau aktivitinya, maka ia adalah sesuatu yang terpuji. Janganlah pula merungut kerana suami demikian melaksanakan tanggungjawabnya, berbeza dengan suami yang dayus.

Cemburu Yang Tercela.
Di sebalik cemburu yang terpuji, ada cemburu yang tercela. Ia merujuk kepada reaksi benci dan marah yang timbul atas sebab-sebab duniawi. Satu contoh cemburu yang tercela ialah seorang isteri yang cemburu apabila suaminya membelikan hadiah tas tangan kepada ibunya. Berbuat baik kepada ibubapa dituntut oleh Islam dan reaksi cemburu yang lahir dalam hati isteri adalah kerana sebab duniawi, iaitu dia merasakan dirinya dinombor duakan, di bawah ibu suaminya semata-mata kerana pemberian hadiah tersebut.
Cemburu yang tercela tidak sahaja dikaitkan dengan para wanita atau isteri. Ia juga boleh dimiliki oleh para lelaki dan suami. Suatu kisah, ada seorang lelaki yang sangat pencemburu sehingga dia melarang isterinya menghadiri kuliah agama atau bertanya soalan agama kepada para ustaz. Akhirnya minat isterinya ke arah agama terhalang oleh suaminya yang pencemburu. Ini tentu saja satu sifat cemburu yang amat tercela.

Mengubati Penyakit Cemburu.
Hati yang dijangkiti penyakit cemburu yang tercela boleh diubati dengan beberapa tips berikut:

Pertama: Hendaklah disedari bahawa apa yang diperolehi oleh seseorang, maka Allah jua yang memberikannya. Jika suami memberikan tas tangan kepada ibunya, maka Allah yang sebenarnya memberi sementara suami hanya berperanan sebagai perantara yang menyampaikannya. Maka cemburu sehingga benci dan marah bererti membenci dan memarahi Allah.
Oleh kerana itulah Allah mengingatkan kita:

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [al-Nisa’ 4:32]


Kedua: Kita sesama umat Islam, sesama mukminin dan mukminat hendaklah tumpang gembira apabila saudara kita memperolehi sesuatu. Kita bergembira untuknya seolah-olah kita sendiri yang mendapat kelebihan tersebut. “I am happy for you” bukan sekadar slogan masyarakat Barat tetapi juga sesama umat Islam. Rasulullah bersabda:
“Tidaklah (sempurna) iman seseorang kalian sehinggalah dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya.” [Shahih al-Bukhari, no: 13]
Justeru ciri seseorang yang beriman ialah dia tidak cemburu atas kelebihan yang diperolehi oleh saudara seislamnya, tetapi dia turut bergembira. Berdasarkan hadis ini mungkin ada yang berkata: “Imanku belum cukup sempurna untuk aku mencintai bagi saudaraku apa yang aku cintai untuk diriku.” Maka alasan ini diperbetulkan dengan nasihat: “Cintailah untuk saudaramu apa yang kamu cintai bagi dirimu, nescaya kamu akan merasai kemanisan dan pertambahan iman di dalam dirimu.”


Ketiga: Syaitan suka menghasut manusia ke arah sifat yang tercela, termasuklah sifat cemburu yang tercela. Dengan hasutan tersebut, syaitan dapat menjadikan kita lupa kepada peranan Allah yang sebenarnya memberi serta bermusuhan sesama umat Islam. Oleh itu apabila sahaja terlintas bisikan cemburu yang tercela di dalam hati, segeralah menolaknya dengan membaca "A’uzubillahi minash syaitan nirrajim."
Hadis berikut menjadi rujukan:
A’isyah menerangkan pada satu malam baginda keluar dari rumahnya dan ini menyebabkan dia merasa cemburu. Kemudian Rasulullah kembali ke rumah dan mendapati dia sedang dalam keadaan yang cemburu. Lalu baginda bertanya:
“Apa jadi kepada kamu wahai A’isyah? Adakah kamu cemburu?”
“Takkanlah aku tidak cemburu kepada orang sepertimu?”
Kemudian Rasulullah melanjutkan: “Apakah telah datang kepadamu syaitan kamu?”
“Wahai Rasulullah! Apakah bersama aku ada syaitan?”
“Ya.”
“Dan (apakah syaitan itu ada) pada setiap manusia?”
“Ya.”
(Apakah syaitan juga) bersama kamu wahai Rasulullah?”
“Ya, akan tetapi Tuhanku telah menolongku darinya sehingga aku selamat dari gangguannya.”[Shahih Muslim, no: 5035]

Wallahuaklam...

Tuesday, October 18, 2011

Nasihat Kepada Pelaku Maksiat..

Dalam mengharungi bahtera kehidupan ini, kita melihat bahwa manusia terbagi menjadi dua golongan;
Golongan pertama adalah manusia… lingkungan… masyarakat yang cinta kebaikan… gemar melakukan kebajikan… suka dalam menjalani kema’rufan…
Golongan kedua adalah manusia… lingkungan… masyarakat yang cinta keburukan… gemar melakukan keburukan… suka dalam menjalani kemungkaran, maksiat dan dosa…
Ya… demikianlah lingkungan di sekitar kita…
Ingat…! Allah Ta’ala telah memberikan peringatan kepada kita dengan tegas nan jelas… bahwa musibah akan terjadi kerana kemaksiatan yang dilakukan, tidak hanya menimpa para pelaku saja tapi akan menyeluruh kepada masyarakat sekitarnya… Allah berfirman :
“Dan takutlah kamu terhadap fitnah (musibah, petaka, bencana, siksa) yang benar-benar tidak hanya menimpa orang-orang zalim di antara kamu secara khusus. Dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha dahsyat siksa-Nya.”

Subhanallah! sungguh peringatan yang Allah berikan bukanlah sebuah omong kosong yang tak dapat terjadi… yang tak mungkin terlaksana… sungguh janji Allah adalah sebenar-benar janji dan pasti terjadi… musibah pasti akan datang silih berganti… petaka pasti akan menimpa … bencana pasti akan terjadi di sana-sini… siksa Allah pasti akan meluluhlantakkan bumi pertiwi ini… bila kemungkaran dilakukan… bila maksiat dibiarkan… bila dosa diacuhkan… bila pelakunya diagungkan… bila perbuatannya didukung dan dikendalikan… sungguh musibah akan menimpa diri kita semua…
Lalu bagaimana dengan diri kita, yang mengaku para pencinta kebenaran, para pendukung kema’rufan, para penggemar kebajikan, para pelaku kebaikan… Apakah kehidupan kita sudah terlepas dari kemungkaran…? Apakah amal baik kita sudah terbebas dari dosa…? Apakah kelakuan kita sehari-hari sudah murni tanpa kesalahan dan keburukan…? Sungguh naif bila kita mengaku sebagai pasukan pembasmi kemungkaran bila namun diri kita terjerumus dalam dosa dan maksiat… Sungguh hina bila kita mengaku cinta kema’rufan bila diri kita masih terlena dengan pujuk rayu wanita dan harta… Sungguh zalim bila kita mengaku gemar melakukan kebajikan bila diam-diam kita menjalani keburukan… atau bahkan justeru kitalah yang menjadi kunci atas turunnya musibah… kerana kita tahu dan berilmu tapi kita melanggar dan melakukan maksiat… kita tidak mengamalkan ilmu yang kita peroleh dari guru-guru kita…

Ya… memang manusia sulit untuk terlepas dari lupa dan salah… sulit bagi manusia untuk terbebas dari keburukan… kecuali bagi mereka yang Allah lindungi… mereka yang diberi Rahmat oleh Allah… mereka yang sentiasa ingat kepada Allah… mereka yang selalu menjaga diri dari keburukan sekecil apapun…
Sungguh indah nasihat Ulama kita…
Janganlah engkau melihat akan kecilnya suatu kesalahan……
Akan tetapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat……
Subhanallah! sungguh indah nasihat ini…
Kepada kamu yang cinta kema’rufan…
Kepada kamu yang benci kemungkaran…
Semoga kehadiran nasihat ulama di atas dapat menjadi renungan…
Ya…
janganlah engkau melihat akan kecilnya suatu dosa…
janganlah engkau melihat akan remehnya suatu kesalahan…
janganlah engkau melihat akan kecilnya suatu maksiat…
jangan…!!!
tapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat…
Allah… Dia yang sedang engkau maksiati…
Allah… Dia yang sedang engkau durhakai…
Allah… Dzat yang telah menciptakanmu… justeru engkau sedang melanggar aturan-aturannya…
Lihatlah… perhatikanlah… siapa yang sedang engkau maksiati… saudara…!
Astagfirullahal adzim min kulli dzanbil adzim…
Sudah selayaknya bagi kita semua ya ikhwah untuk menjaga diri kita… keluarga kita… masyarakat kita… negeri kita… dari kemaksiatan, dosa, keburukan, kesalahan, dan kemungkaran…
Wallahu a’lam....

Saturday, October 15, 2011

Orang yang Beramal di Waktu Muda Akan Bermanfaat untuk Waktu Tuanya

Dalam surat At Tiin, Allah telah bersumpah dengan tiga tempat diutusnya para Nabi ‘Ulul Azmi iaitu:
[1] Baitul Maqdis yang terdapat buah tin dan zaitun tempat diutusnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam
[2] Bukit Sinai yaitu tempat Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa ‘alaihis salam,
[3] Negeri Mekah yang aman, tempat diutus Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Setelah bersumpah dengan tiga tempat tersebut, Allah Ta’ala pun berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At Tiin [95]: 4-6)
Maksud ayat “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” ada empat pendapat. Di antara pendapat tersebut adalah “Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya sebagaimana di waktu muda yaitu masa kuat dan semangat untuk beramal.” Pendapat ini dipilh oleh ‘Ikrimah.
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.” Menurut Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Ibrahim dan Qatadah, juga Adh Dhahak, yang dimaksudkan dengan maksud ayat ini adalah: “dikembalikan ke masa tua setelah berada di usia muda, atau dikembalikan di masa-masa tidak semangat untuk beramal setelah sebelumnya berada di masa semangat untuk beramal.” Masa tua adalah masa tidak semangat untuk beramal. Seseorang akan melalui masa kecil, masa muda, dan masa tua. Masa kecil dan masa tua adalah masa sulit untuk beramal, berbeza dengan masa muda.
An Nakha’i mengatakan: “Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka akan dicatat untuknya pahala sebagaimana amal yang dulu dilakukan pada saat muda. Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah: "bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”
Ibnu Qutaibah mengatakan: “Makna firman Allah : “Kecuali orang-orang yang beriman” adalah kecuali orang-orang yang beriman di waktu mudanya, di saat keadaan (semangat) untuk beramal, maka mereka di waktu tuanya nanti tidaklah berkurang amalan mereka, walaupun mereka tidak mampu melakukan amalan ketaatan di saat usia senja. Kerana Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, mereka tidak akan berhenti untuk beramal kebaikan. Maka orang yang gemar beramal di waktu mudanya, (di saat tua), dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya.” (Lihat Zaadul Maysir, 9/172-174)
Begitu juga kita dapat melihat pada surat Ar Ruum ayat 54.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar Ruum: 54)
Ibnu Katsir mengatakan: “(Dalam ayat ini), Allah Ta’ala menceritakan mengenai fasa kehidupan, tahap demi tahap. Awalnya adalah dari tanah, lalu berpindah ke fasa nutfah, beralih ke fasa ‘alaqah (segumpal darah), lalu ke fasa mudh-gah (segumpal daging), lalu berubah menjadi tulang yang dibalut daging. Setelah itu ditiupkanlah ruh, kemudian dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan lemah, kecil dan tidak begitu kuat. Kemudian si kecil tadi berkembang perlahan-lahan hingga menjadi seorang kanak-kanak. Lalu berkembang lagi menjadi seorang pemuda, remaja. Inilah fasa kekuatan setelah sebelumnya berada dalam keadaan lemah. Lalu setelah itu, dia menginjak fasa dewasa (usia 30-50 tahun). Setelah itu dia akan melalui fase usia senja, dalam keadaan penuh uban. Inilah fasa lemah setelah sebelumnya berada pada fasa kuat. Pada fasa inilah berkurangnya semangat dan kekuatan. Juga pada fasa ini berkurang sifat lahiriyah mahupun batiniah. Oleh kerana itu, Allah Ta’ala berfirman: “kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban”.” (Tafsir Al Qur’an Al Azhim pada surat Ar Ruum ayat 54)
Jadi, usia muda adalah masa kuat (semangat) untuk beramal. Oleh kerana itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah disia-siakan.
Jika engkau masih berada di usia muda, maka janganlah katakan: "jika berusia tua, baru aku akan beramal."
Daud Ath Tha’i mengatakan:
إنما الليل والنهار مراحل ينزلها الناس مرحلة مرحلة حتى ينتهي ذلك بهم إلى آخر سفرهم ، فإن استطعت أن تـُـقدِّم في كل مرحلة زاداً لما بين يديها فافعل ، فإن انقطاع السفر عن قريب ما هو ، والأمر أعجل من ذلك ، فتزوّد لسفرك ، واقض ما أنت قاض من أمرك ، فكأنك بالأمر قد بَغَـتـَـك
"Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. Jika engkau mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah. Berakhirnya musafir boleh jadi dalam waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih segera daripada itu. Persiapkanlah perjalananmu (menuju negeri akhirat). Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Tetapi ingat, kematian itu datangnya tiba-tiba." (Kam Madho Min ‘Umrika?, Syaikh Abdurrahman As Suhaim)
Semoga maksud tulisan ini sama dengan perkataan Nabi Syu’aib:
إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud [11]: 88)
Semoga Allah memperbaiki keadaan segenap pemuda yang membaca risalah ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka ke jalan yang lurus.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala wa alihi wa shahbihi wa sallam.

Friday, October 14, 2011

Adakah Al Quran Dalam Hatimu?

Rutin pekerjaan dan kesibukan dunia yang tiada habisnya, sering menjadi penyebab dari hati yang kering dan gersang dari sumber mata air iman yang menyejukkan. Ibarat kafilah yang melintas di padang pasir dengan muatan harta yang berlimpah, ia menjadi tidak bernilai tatkala kehausan (dehidrasi) memenuhi sekujur raganya. Setitis air, yang tatkala harganya tiada seberapa, menjadi bernilai dalam keadaan jiwa yang dirundung kegersangan dan kehausan yang tiada tara.

Itulah fitrah dari orang-orang beriman, yang sentiasa mengharap nilai-nilai yang mampu menyuburkan keimanannya. . Di tengah pekerjaan dan status karier yang dimilikinya, hati mereka sebenarnya tidak sepenuhnya mencukupi keperluannya. Jiwa mereka dahaga. Mereka mengharapkan keluasan hati laksana samudera, kesejukan jiwa laksana embun di pagi hari, dan kedamaian laksana bunyi deruan ombak yang menenteramkan jiwa.

Sebagai Muslim dan Muslimah sudah tentu mereka mengharapkan sntuhan rohani tentunya perkara yang bersangkutan dengan informasi keislaman dan keimanan, baik berupa taujih, tausiyah, renungan, tafakkur, atau kisah-kisah singkat yang sarat dengan pesanan dan inspirasi tentang bagaimana seharusnya mengelola kehidupan menuju ridha-Nya. Namun semua itu rasanya tiada cukup manakala mereka belum berinteraksi dan bersentuhan langsung dengan sumber penawar dahaga keimanan, iaitu Al-Quran.
Sudah masyhur di tengah perbincangan mereka bahawa bagi yang membaca Al-quran, maka satu huruf yang dibacanya berbalas dengan sepuluh kebaikan. Dan bukanlah “Alif Lam Mim” itu satu huruf, akan tetapi “Alif” satu huruf, “Lam” satu huruf, dan “Mim” satu huruf. Luar biasa, dengan membaca “Alif Lam Mim” saja, pembaca Al-quran sudah mendapatkan tiga puluh kebaikan. Subhanallah! Ketakjuban terasa memenuhi relung jiwa mereka. Ini baru membaca saja. Apatah lagi jika memahami isinya dan apatah lagi jika ayat-ayat itu diamalkan dalam kehidupan nyata. Tentu, peribadi-peribadi yang dihiasi dengan nilai Al-quran akan memancarkan kedamaian dan kesejukan yang luar biasa. Jiwanya penuh kebaikan. Dan kebaikan itu tidak melahirkan apapun selain kebaikan yang berlipat kali ganda.

Sungguh indah gambaran seorang pembaca Al-quran, pohonnya bagus dan buahnya wangi. Itu adalah balasan Allah di dunia. Dan di akhirat Al-quran akan memberikan syafaat bagi pembacanya sehingga ia terhindar dari jilatan api neraka yang menyala-nyala. Kita pastinya jelas tersentuh mendengar khabar gembira ini, dan motivasi untuk segera mewujudkannya semakin membesar dan menggelora di dada.
Sebagian besar ummat Islam ketika ini, tidak dinafikan memiliki tingkat kedekatan yang rendah dengan Al-quran. Jangankan berbicara masalah penerapan nilai-nilai Al-quran dalam kehidupan, pemahaman akan isi dan kandungan Al-quran sebahagian besar ummat Islam pun masih terasa sangat kurang. Terbukti makin merebaknya aliran-aliran sesat yang menyusup di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Terlepas apakah merebaknya aliran sesat itu adalah wujud konspirasi atau bukan, seharusnya fenomena-fenomena itu menyedarkan seorang Muslim untuk lebih dekat kepada sumber agamanya. Salah satunya dengan belajar dan berlatih berinteraksi lebih dekat dengan Al-quran, yang dimulai dengan interaksi dengan cara belajar membacanya.
Betapa banyak orang mengaku tidak boleh membaca Al-quran, tetapi tidak banyak yang mempelajarinya dengan membentuk kelas. Betapa ramai orang yang mengaku dahaga dan jiwanya kering, tetapi mereka malah hanyut dengan lagu-lagu “ruhani”, bukan berinteraksi sedekat-dekatnya dengan Al-quran penyubur jiwa.
Tidak semua orang peduli dengan Al-quran, padahal Al-quran adalah salah satu pusaka (selain Al-Hadits) yang mampu menyelamatkan kehidupan manusia, baik di dunia ini mahupun sesudahnya, dari malapetaka dan mara bahaya. Tidak semua orang dapat menghadirkan nilai-nilai Al-quran di relung jiwa. Hanya mereka yang berhati bersih dan ikhlas sajalah yang mampu melakukannya.
Ada baiknya setiap hamba bertanya kepada diri masing-masing “sudah adakah Al-quran dalam hatiku?”. Ya, sebab jika bukan Al-quran yang ada dalam hati, berarti ada nilai-nilai bukan Al Quran yang bersarang dan mendominasi jiwa, yang boleh jadi bukan memimpin akan tetapi menyesatkan sang hamba dari jalan kebenaran.
Waalahuaklam..

Thursday, October 13, 2011

Persoalan Syirik

Ketika hak manusia diperlekehkan, seperti kes anak diperkosa ayah kandungnya sendiri, sudah dicabul kehormatannya dibunuh pula, hampir semua kita tidak menerimanya. “SADIS…..!!!” kata sebahagian orang. Tetapi giliran hak Allah diperlekehkan, dengan berbagai kemungkaran, tidak menunjukkan ibadah kepadaNYA saja (padahal dia mengaku Islam), kuburan disembah dan disiapkan berbagai upacara atau ritual, kotoran binatang dijadikan rebutan untuk mendapatkan barakah, menemui makhluk halus penjaga gunung untuk meminta informasi mengenai keadaan gunung tersebut, dan banyak lagi…. HATI SIAPA YANG TAK TERGURIS ? Lantas, kejahatan apalagi yang lebih besar daripada berbuat jahat kepada Allah ?.

Masalahnya terletak pada ketidakfahaman umat tentang asas agamanya iaitu Tauhid. Perkara yang dasar ini wajib dipelajari oleh semua insan, tanpa terkecuali. Kitab Allah diturunkan demi menjelaskan tauhid. Para Rasul diutus demi mendakwahkan tauhid. Segala sesuatu yang diciptakan demi merealisasikan tauhid. Sungguh perintah Allah yang terbesar adalah TAUHID, dan larangan yang terkeras adalah syirik. Maka pelajarilah tauhid dan lawannya.

Masalah yang lain kebanyakan kita sepakat harus bertauhid dan tidak berbuat syirik. Namun pada umumnya kita tidak mengetahui hakikat kesyirikan. Tidak diragukan lagi bahwa syirik adalah dosa nombor satu seluruh alam, dosa besar. Allah tidak mengampuni dosa yang satu ini, kecuali bertaubat. Tetapi tahukah kita, kesyirikan bermula dari sikap yang berlebihan kepada orang-orang yang Shalih? Mendatangi dukun atau bomoh. Bertanya hal-hal yang ghaib dengan membenarkannya ataupun tidak termasuk dalam perincian syirik? Bahkan lebih parah lagi, mendatangkan dukun-dukun ke rumah-rumah melalui media, filem atau majalah (media cetak) serta juga media Internet, baik secara sedar atau tidak sedar.

Jika kita mahu berfikir, adakah orang yang masuk syurga tanpa Tauhid? atau adakah orang yang masuk syurga dengan membawa dosa syirik. Mustahil!!
Tokoh-tokoh yang bersih tauhidnya saja masih takut terhadap bahaya syirik. Tentunya kita semua yang miskin Ilmu dan Iman harusnya tidak merasa aman dari bahaya syirik. Sangat memungkinkan bagi kita terjerumus ke dalam syirik akbar apalagi syirik ashghar.

Akhirnya betapapun kecilnya dosa, hal itu dikhuatirkan akan menjadi langkah awal dari sebuah jalan menuju kesyirikan. Oleh kerana itu segeralah bagi kita bertaubat, sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Jangan kira syirik itu tidak akan pernah kita lakukan kalau kita tidak mahu mempelajari dan memahaminya. Mampukah kita mencari jejak semut hitam di batu hitam dalam kegelapan malam ? Ada jenis syirik yang lebih samar dari perumpamaan itu. Bagaimana cara mengatasinya ? hanya satu jalan iaitu mempelajarinya.
Harapan kita, semoga penjelasan ini mampu memberikan kita apa yang kita perlukan terutama masalah Tauhid. Wallahu A’lam.

Tuesday, October 11, 2011

Ya Allah! Sesungguhnya Aku Telah Banyak Menzalimi Diriku!

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada penutup para rasul, kepada para keluarga dan sahabat beliau.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash radhiallahu ‘anhuma, dia mengatakan:
“Abu Bakr radhiallahu ‘anhu pernah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, ajarilah aku sebuah doa yang boleh kupanjatkan dalam solatku.” Nabi menjawab: “Katakanlah:
“Allahumma inni zhalamtu nafsi zhulman katsira wa laa yaghfirudz dzunuba illa anta faghfirli min ‘indika maghfiratan innaka antal ghafurur rahim “
(Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menzhalimi diriku sendiri dan tidak ada yang mampu mengampuni dosa melainkan Engkau, maka berilah ampunan kepadaku dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun dan maha penyayang.”[HR BUKHARI]

Saudaraku, yang dimuliakan Allah. Cubalah Anda memerhatikan dan merenungkan hadits yang agung ini. Bagaimana Ash Shiddiqul Akbar, Abu Bakr radhiallahu ‘anhu meminta kepada Nabi agar mengajarkan sebuah do’a untuk dipanjatkan dalam shalatnya, dan nabi pun memerintahkan beliau untuk mengucapkan do’a di atas. Padahal kita semua tahu kedudukan Abu Bakar. Menurut anda, bagaimana dengan diri kita, yang sentiasa melampaui batas terhadap diri kita sendiri, apa yang layak kita ucapkan?!
Mengenai keutamaan Abu Bakr disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada sahabatnya:

“Siapakah diantara kamu yang memasuki waktu pagi dalam keadaan berpuasa di hari ini? Abu Bakar menjawab: “Aku.” Rasulullah bertanya lagi, “Siapakah diantara kamu yang mengiringi jenazah pada hari ini?” “Aku”, jawab Abu Bakr. “Rasulullah bertanya: “Siapakah diantara kamu yang memberi makan kepada orang miskin pada hari ini?” Abu Bakr kembali menjawab: “Aku.” Rasulullah kembali bertanya; “Siapakah diantara kamu yang menziarahi orang sakit pada hari ini?” Abu Bakr menjawab, “Aku.” Maka nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda: “Tidaklah seluruh perkara tersebut terkumpul pada diri seseorang melainkan dia akan masuk syurga.”[HR MUSLIM]

Benar, dialah Abu Bakar, wahai saudaraku, peribadi terbaik umat ini setelah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai kesepakatan ahli sunnah, tanpa ada khilaf. Barangsiapa yang mengingkari status sahabat beliau, sungguh dia telah mendustakan firman Allah:

“Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (At Taubah: 40).


Dan barangsiapa yang mendustakan Allah, sungguh dia telah terjerumus ke dalam kekafiran!
Abu Bakr radhiallahu ‘anhu adalah sahabat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan sahabat yang paling utama dan telah dipastikan akan masuk syurga, meski demikian nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajar beliau untuk sentiasa mengucapkan,”Ya Allah sesungguhnya aku telah banyak menzhalimi diri.”

Saudaraku, bukankah diri kitalah yang lebih layak mengucapkan do’a di atas? Bukankah kita sentiasa berbuat dosa sepanjang siang dan malam? Apabila memasuki waktu pagi, kita tidak sedar akan dosa dan kesalahan yang telah diperbuat kecuali hanya sedikit saja, kita sangat jarang mengetahui betapa sedikitnya usaha kita dalam menjalankan berbagai kewajiban? Bukankah kita sentiasa merasa bahwa tidak ada seorang pun yang lebih baik dari diri kita, bukankah kita sentiasa memandang kitalah yang paling baik dalam beragama? Demi Allah, wahai saudaraku, sesungguhnya seluruh hal tersebut adalah penyakit yang akut.
Oleh kerana itu, aku mengajak diriku dan Anda sekalian untuk rehat dan muhasabah diri di setiap saat. Mari kita memperbanyak istighfar dan taubat serta sentiasa kembali kepada-Nya.
Ketahuilah saudaraku, semoga Allah memberikan taufik-Nya kepadaku dan dirimu, mengakui dosa merupakan jalan menuju taubat dan sebab turunnya maghfirah. Anda tentu tahu hadits Sayyidul Istighfar yang masyhur, bukankah di dalam hadits tersebut tercantum lafadz do’a berikut,
Aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang kuasa mengampuni melainkan Engkau semata.[HR BUKHARI]

Perhatikan, wahai Saudaraku, mengakui dosa merupakan awal perjalanan taubat.
Oleh kerana itu, marilah kita menyesali segala dosa dan tindakan melampaui batas yang telah diperbuat, begitu pula berbagai kewajiban yang telah dikerjakan dengan penuh kekurangan. Dengan demikian, wahai saudaraku, seorang yang berakal, jika melihat orang yang lebih tua akan berujar di dalam hati: “Beliau telah terlebih dahulu beribadah kepada Allah daripada diriku”; jika melihat orang yang lebih muda, dia berujar: “Aku telah mendahuluinya dalam hal dosa”; jika melihat da’i-da’i pemberi petunjuk, dia mencintai dan berusaha meneladani mereka. Dan apabila melihat mereka yang tersesat dan tenggelam dalam kemaksiatan, dirinya memuji Allah dan tidak mencela mereka. Bahkan dia memanjatkan pujian kepada-Nya kerana telah melindungi dari kesesatan yang menimpa mereka, dia memuji Allah kerana telah mengutamakan dirinya dengan petunjuk-Nya dari sekian banyak makhluk-Nya.
Seandainya Allah ingin, tentulah dia akan seperti mereka. Dengan demikian, dia tidak akan merasa tinggi hati, bahkan kepada pelaku maksiat dan mereka yang tersesat. Dia akan merasa kasihan dan merasa sayang serta berusaha untuk memperbaiki mereka, di samping dia berkewajiban untuk membenci tindakan mereka yang telah menyelisihi perintah Allah dan rasul-Nya. Perkara inilah yang patut diteliti dan diperhatikan.
Akhir kata, aku memohon kepada Allah agar memberi ampunan dari sisi-Nya dan mencurahkan rahmat-Nya kepada kita dan segenap kaum muslimin. Walhamdu lillahi rabbil ‘alamin.



SEMOGA ALLAH AMPUNI DOSA-DOSAKU..INSAN FAKIR.
~...HANYA HAMBA....~