Monday, December 5, 2011

Saat-Saat Terindah Dalam Hidup Manusia..

Berdasarkan renungan tentang keindahan dan kebahagiaan hidup, maka jelaslah bahwa keindahan dan kebahagiaan yang sejati dalam hidup manusia adalah dengan mengamalkan amalan soleh yang dicintai oleh Allah dan mengutamakannya di atas segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Inilah keindahan dan kebahagiaan sejati yang difirmankan oleh Allah dalam firman-Nya:
“Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka (orang-orang yang berilmu) bergembira (berbangga), kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa (kesenangan dunia) yang dikumpulkan (oleh manusia)” (QS Yunus:58).
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar mereka merasa bangga (gembira dan bahagia) dengan anugerah yang Allah berikan kepada mereka, dan Dia menyatakan bahwa anugerah dari-Nya itu lebih indah dan mulia dari semua kesenangan dunia yang berlumba-lumba dikejar oleh kebanyakan manusia. ”Karunia Allah” dalam ayat ini ditafsirkan oleh para ulama ahli tafsir dengan “keimanan”, sedangkan “Rahmat Allah” ditafsirkan dengan “Al Qur-an”, yang keduanya (keimanan dan Al Qur-an) adalah ilmu yang bermanfaat dan amalan soleh, sekaligus keduanya merupakan petunjuk dan agama yang benar (yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Kenikmatan (yang berupa) agama (iman) yang bergandingan dengan kebahagiaan dunia dan akhirat (jelas) tidak dapat dibandingkan dengan semua kenikmatan duniawi yang hanya sementara dan akan hilang”.
Inilah kebahagiaan hakiki bagi hati dan jiwa manusia, yang digambarkan oleh Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam ucapan beliau: “Semua perintah Allah (dalam agama Islam), hak-Nya (ibadah) yang Dia wajibkan kepada hamba-hamba-Nya, serta semua hukum yang disyariatkan-Nya (pada hakikatnya) merupakan qurratul ‘uyuun (penyejuk pandangan mata), serta kesenangan dan kenikmatan bagi hati (manusia), yang dengan (semua) itulah hati akan diubati, (merasakan) kebahagiaan, kesenangan dan kesempurnaan di dunia dan akhirat. Bahkan hati (manusia) tidak akan merasakan kebahagiaan, kesenangan dan kenikmatan yang hakiki kecuali dengan semua itu. Sebagaimana firman Allah:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa (kesenangan duniawi) yang dikumpulkan (oleh manusia)” (QS.Yuunus:57-58)”.
Maka berdasarkan semua ini, berarti saat yang paling indah dalam hidup seorang manusia adalah ketika Allah melimpahkan taufik-Nya kepadanya untuk mengikuti jalan Islam dan memberi petunjuk kepadanya untuk memahami dan mengamalkan petunjuk-Nya untuk mencapai keridhaan-Nya.
Inilah pernyataan yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada shahabat yang mulia, Ka’ab bin Malik, ketika Allah menurunkan ayat al-Qur’an[Surah At Taubah: 118] tentang diterima-Nya taubat shahabat ini dan dua orang shahabat lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya dengan wajah yang berseri-seri kerana gembira: “Berbahagialah dengan hari terindah yang pernah kamu lalui sejak kamu dilahirkan ibumu”[HR Riwayat Bukhari & Muslim].
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan hari diterimanya taubat seorang hamba oleh Allah sebagai hari/saat yang terindah dalam hidupnya kerana taubat itulah yang menyempurnakan keislaman seorang hamba, maka ketika dia masuk Islam itulah awal kebahagiaannya dan ketika Allah menerima taubatnya itulah penyempurnaan dan puncak kebahagiaannya, sehingga hari itu adalah saat terindah dalam hidupnya[Fathul Bari].
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Dalam hadits ini terdapat petunjuk bahwa hari yang paling indah dan utama bagi seorang hamba secara mutlak adalah ketika dia bertaubat kepada Allah dan Allah menerima taubatnya.…Kalau ada yang bertanya: Bagaimana (mungkin) hari ini (dikatakan) lebih baik daripada hari (ketika) dia masuk Islam? Jawabannya: hari ini adalah penyempurnaan dan pelengkap hari (ketika) dia masuk Islam, maka hari (ketika) dia masuk Islam adalah awal kebahagiaanya, sedangkan hari taubatnya adalah penyempurnaan dan pelengkap kebahagiaannya, wallahu musta’aan[Za’dul Ma’ad].
Senada dengan hadits di atas, ucapan sahabat yang mulia, Anas bin Malik yang menggambarkan kegembiraan para shahabat ketika mendengar sebuah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Anas bin Malik berkata: “Maka kami (para shahabat ) tidak pernah merasakan suatu kegembiraan setelah (kegembiraan dengan) Islam melebihi kegembiraan kami tatkala mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Engkau (akan dikumpulkan di syurga) bersama orang yang kamu cintai”. Maka aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu bakar dan Umar Radhiyallahu anhum, dan aku berharap akan bersama mereka (di syurga nanti) dengan kecintaanku kepada mereka meskipun aku belum mampu melakukan seperti amal perbuatan mereka”[HR Bukhari &Muslim].
Hadits yang agung ini menunjukkan bahwa saat-saat yang terindah bagi orang-orang yang sempurna imannya seperti para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ketika mereka mendapat hidayah untuk menempuh jalan Islam dan ketika mereka memahami serta mengamalkan petunjuk Allah untuk mencapai ridha-Nya dan masuk ke dalam syurga-Nya.
Wallahu a’lam…

Sunday, November 20, 2011

Makanan Yang Haram

Era globalisasi banyak berpengaruh pada kehidupan seorang muslim, sedar atau tidak sedar mereka terseret ke dalam arusnya. Sehingga dijumpai banyak orang menyatakan: “Yang haram saja susah apalagi yang halal.” Satu ungkapan yang menggambarkan rendahnya keimanan dan keyakinan mereka terhadap rahmat dan rezeki Allah. Padahal Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan dengan sangat jelas sekali bahwa Allah akan mencukupkan rezeki mereka dan tidak membebankan hal itu kepada bahu mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam firmanNya:
“Dan berapa banyak binatang yang tidak dapat membawa / mengurus rezekinya sendiri.Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Ankabut: 60)
dan firman-Nya:
“Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan.” (QS. Adz Dzariyat:57)
Dalam dua ayat di atas jelaslah Allah sebagai pemberi rezeki kepada semua makhluknya, lalu Ia mengutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang buruk bagi manusia, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
“(Iaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang namanya mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al a’raf:157)

Makanlah yang halal dan baik saja
Setelah mengetahui yang dihalalkan Allah adalah semua yang baik dan sebaliknya yang diharamkan semuanya pasti buruk, apalagi yang menjadi halangan menghindari yang haram dan hanya mengambil yang halal saja?
Tinggal kita laksanakan saja perintah Allah untuk memakan yang halal dan baik dan tidak mengikuti jejak dan ajakan syaitan yang mengajak kepada keburukan dan kesengsaraan. Allah berfirman:
“Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan, kerana sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah:168)
Kerana hal ini merupakan wujud syukur kita kepada Allah yang telah memberikan rezeki-Nya yang luas dan banyak. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah.” (QS. Al Baqarah:172)

Apabila kita bersyukur, Allah akan menambah anugerah-Nya. Jangan sekali-kali kita ingkar terhadap nikmat Allah dan melampaui batas, sebab jika kita ingkar terhadap nikmat Allah maka kebinasaan ada di hadapan kita.
Allah berfirman:
“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaanKu menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaanKu, maka sesungguhnya binasalah ia.” (QS. Thaaha:81)

Pentingnya makan yang halal dan bahaya makan yang haram
Permasalahan halal dan haram sangat penting sekali bagi seorang muslim, dan ini ditunjukkan langsung dengan hubungkaitnya Allah antara makanan yang baik dengan amal shalih dan ibadah. Di dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik, dan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang diperintahkannya kepada para rasul dalam firman-Nya: ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’” (Qs. al-Mu’minun: 51). [HR Muslim]
Dan Allah berfirman:“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (Qs. al-Baqarah: 172).
Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang kusut masai seperti debu menghulurkan kedua tangannya ke langit sambil berdo’a: ‘Ya Rabb, Ya Rabb,’ sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia kenyang dengan makanan yang haram, maka bagaimana mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya?!”[HR Muslim]
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa makanan yang dimakan seseorang mempengaruhi diterima dan tidaknya amal shalih seseorang. Hal ini tentunya cukup membuat kita memberikan perhatiaan yang serius dan berhati-hati dalam permasalahan ini.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Hadits ini menunjukkan bahwa amal tidak diterima dan tidak suci kecuali dengan memakan makanan yang halal. Sedangkan memakan makanan yang haram dapat merosak amal perbuatan dan membuatnya tidak diterima”
Hal ini sangat berbahaya sekali, perhatikan lagi sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain:
“Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram maka Neraka lebih pantas baginya.” [HR Tirmidzi]

Mudah-mudahan hal ini membuat kita lebih berhati-hati. Wallahu Al Muwaffiq.

Friday, November 18, 2011

Sifat Tawakkal..

Salah satu cara ampuh untuk mengubati penyakit kejiwaan bahkan juga penyakit-penyakit fizikal, adalah dengan menghadirkan:
“Hati yang teguh dan tidak terpengaruhi oleh ilusi dan khayalan fikiran-fikiran negatif.”
Sebab, bila seseorang suka menerima khayalan-khayalan, hatinya memberikan reaksi terhadap berbagai pengaruh dari luar, seperti perasaan takut akan penyakit dan sebagainya, atau perasaan marah dan merasa terganggu sekali kerana hal-hal yang menyakitkan atau kerana memikirkan musibah yang akan menimpa atau kenikmatan yang akan hilang.
Semua itu akan menenggelamkannya dalam kesedihan, penyakit rohani mahupun jasmani dan menghancurkan jiwanya. Kesan buruk dan bahayanya sememangnya diketahui ramai.
Jika hati bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bertawakkal kepadaNya, tidak menyerah pada prasangka-prasangka buruk, tidak dikuasai khayalan-khayalan negatif, yakin serta mengharapkan sekali karunia Allah, maka akan terusirlah perasaan sedih dan hilanglah berbagai macam penyakit fizikal dan jiwa. Hati akan mendapatkan kekuatan, kelapangan dan kebahagiaan yang tak dapat diungkapkan.
Banyak orang yang kuat hatinya tapi masih terpengaruh dengan prasangka-prasangaka apalagi orang yang memang lemah hatinya. Dan betapa sering hal tersebut menyebabkan kedunguan dan kegilaan! Orang yang sihat dan selamat adalah yang diselamatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diberiNya taufik untuk berusaha mendapatkan faktor-faktor yang dapat menguatkan hatinya dan mengusir kegelisahannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya.” (QS: Ath-Thalaq: 3)
Artinya Allah akan mencukupkan untuknya semua apa yang dia perlukan dari urusan agama dan dunianya.
Maka orang yang bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, hatinya akan kuat. Tidak dapat dipengaruhi prasangka-prasangka buruk, tidak dapat digoncang oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi, sebab dia tahu hal itu termasuk petunjuk lemahnya jiwa dan perasaan takut yang tidak beralasan. Dia tahu, Allah akan menjamin sepenuhnya orang yang bertawakkal kepada-Nya, dia yakin kepada Allah dan tenang kerana percaya akan janjiNya. Dengan demikian, hilanglah kesedihan dan kegelisahannya. Kesulitan berubah menjadi kemudahan, kesedihan menjadi kegembiraan dan perasaan takut menjadi keamanan. Kita memohon kepada Allah kesihatan dan keselamatan. Semoga Dia mengaruniakan kepada kita kekuatan dan ketetapan hati dengan sikap tawakkal secara keseluruhan. Kerana Allah telah menjamin pelakunya dengan segala kebaikan dan menolak segala musibah dan kesedihan. Wallahu a’lam…

Monday, November 14, 2011

Cinta dan hati..

Gembira adalah lawan dari perasaan sedih, ia termasuk rintangan jiwa. Hanya gembira dengan Allah yang menjadikan hati mampu memperoleh hakikat kehidupan.
Seorang hamba akan merasa gembira jika sudah mendapatkan cinta Allah, dan cinta Allah akan dapat diraih dengan mengenal Allah. Cinta Allah ini akan menyingkap mendung kegundahan, kesedihan dan duka cita dari hati seorang hamba. Allah berfirman:
“Katakanlah, dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah itu mereka gembira.” (Yunus: 58).
Kegembiraaan dengan karunia dan rahmat Allah itu mengikuti kegembiraan dengan Allah . Orang mukmin berbahagia dengan Rabbnya melebihi semua bentuk kegembiraan yang ada. Sesungguhnya hati jika mendapatkan nikmatnya kebahagiaan seperti di atas, ia akan terpancar dalam riak wajahnya.
Demikianlah dengan jelas Ibnu Qayyim menyatakan kepada kita cara terbaik untuk mentarbiyah perasaan cinta, hingga perasan ini mampu mengendalikan semua rangsangan yang menurut beliau disebut penghalang-penghalang jiwa, yang akhirnya semua ransangan tersebut bergerak dan menghadap kepada apa-apa yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala.
Menurut beliau, termasuk wasilah yang mampu menghantarkan hati meraih kebahagiaan dan kegembiraan, dan akan melapangkan dada adalah ihsan (perbuatan baik). Beliau berkata, Ihsan akan membahagiakan hati dan melapangkan dada, mendatangkan nikmat dan mengusir bencana. Sebaliknya meninggalkan ihsan akan mendatangkan kesedihan, kegundahan dan kesempitan dalam hati. Beliau berkata, Sebaliknya, meninggalkan ihsan akan mengakibatkan kesempitan dan kegundahan hati serta akan menghalangi sampainya nikmat ke dalamnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan ihsan adalah memenuhi hak badan dan mendermakan harta kepada yang memerlukan. Yang demikian itu beliau jelaskan ketika sedang mengupas tentang hakikat pengecut dan bakhil, beliau berkata, Pengecut adalah meninggalkan ihsan terhadap badan, sedang bakhil ialah meninggalkan ihsan terhadap harta. Sesungguhnya pengecut dan bakhil adalah dua hal yang selalu bergandingan. Adapun ihsan pengertiannya adalah, Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, Dia melihatmu. Wallahu ‘Alam.

Friday, November 11, 2011

Syarat Ibadah Yang Diterima Allah Subhanahu Wa Taala..

Pernahkah terlintas di hati kita apakah ibadah kita itu diterima ataukah tidak? Tidak ada seorang pun yang dapat menjamin hal ini, semestinya bagi tiap mukmin untuk beramal dengan sentiasa berharap dan cemas. Berharap agar ia mendapat ridha Allah serta janji-janji yang sudah ditetapkan Allah dalam Al Qur’an dan cemas kalau-kalau ibadahnya tidak diterima. Dan janganlah kita merasa kagum atas amal yang kita lakukan dan merasa bahwa ibadah kita pasti diterima.
Ibadah secara bahasa bermakna merendahkan diri dan tunduk. Sedang secara istilah, ulama banyak memberikan makna. Namun makna yang paling lengkap adalah seperti yang didefinisikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
Suatu kata yang meliputi segala perbuatan dan perkataan; zahir mahupun batin yang dicintai dan diridhai oleh Allah. Dengan demikian ibadah terbahagi menjadi tiga: ibadah hati, ibadah lisan dan ibadah anggota badan.
Syarat Diterimanya Amal Ibadah
Semua amalan dapat dikatakan sebagai ibadah yang diterima bila memenuhi dua syarat iaitu Ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam). Kedua syarat ini terangkum dalam firman Allah:

“…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS: Al Kahfi: 110).
Beramal shalih maksudnya iaitu melaksanakan ibadah sesuai dengan tata cara yang telah diajarkan oleh Nabi, dan tidak mempersekutukan dalam ibadah maksudnya mengikhlashkan ibadah hanya untuk Allah semata-mata.
Hal ini diisyaratkan pula dalam firmanNya:
”(Tidak demikian) dan bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Rabbnya dan tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS: Al-Baqarah: 112).
Menyerahkan diri kepada Allah bererti mengikhlaskan seluruh ibadah hanya kepada Allh saja. Berbuat kebajikan (ihsan) berarti mengikuti syari’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syarat pertama (ikhlas) merupakan syarat dari syahadat pertama (persaksian tiada sembahan yang benar kecuali Allah semata). Sebab persaksian ini menuntut kita untuk mengikhlaskan semua ibadah kita hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Sedang syarat kedua (mutaba’ah) adalah konsekuensi dari syahadat kedua (persaksian Nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagai hamba dan utusan-Nya).


Ikhlas dalam Ibadah
Seluruh ibadah yang kita lakukan harus ditujukan untuk Allah semata-mata. Walaupun seseorang beribadah siang dan malam, jika tidak ikhlas (dilandasi tauhid) maka sia-sialah amal tersebut.

Allah berfirman:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan agar mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS: Al Bayyinah: 5)
Maka sungguh beruntunglah seseorang yang selalu mengawasi hatinya, kemanakah maksud hati tatkala ia beribadah, apakah untuk Allah, ataukah untuk selain Allah. Perhatikanlah jenis amal-amal berikut:


Amalan riya’ semata-mata
-Iaitu amalan itu dilakukan hanya supaya dilihat makhluk atau kerana tujuan duniawi. Amalan seperti ini hangus, tidak bernilai sama sekali dan pelakunya layak mendapat murka Allah. Amalan yang ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan disertai riya’ dari sejak awalnya, maka nas-nas yang shahih menunjukkan amalan seperti ini bathil dan terhapus. Amalan yang ditujukan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan disertai niat lain selain riya’. Seperti jihad yang diniatkan untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kerana menghendaki harta rampasan perang. Amalan seperti ini berkurang pahalanya dan tidak sampai batal dan tidak sampai terhapus amalnya.


Amalan yang awalnya ditujukan untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian terdetik rasa riya’ di tengah-tengah
-Maka amalan ini terbagi menjadi dua, jika riya’ tersebut terasa sebentar dan segera dihalau maka riya’ tersebut tidak berpengaruh apa-apa. Namun jika riya’ tersebut selalu menyertai amalannya maka pendapat terkuat di antara ulama menyatakan bahwa amalannya tidak batal dan dinilai niat awalnya sebagaimana pendapat Hasan Al Bashri. Namun dia tetap berdosa kerana riya’nya tersebut dan tambahan amal (perpanjangan amal kerana riya’) terhapus. Sedang amal yang ikhlas kerana Allah kemudian mendapat pujian sehingga dia senang dengan pujian tersebut, maka hal ini tidak berpengaruh apa–apa terhadap amalnya.


Beribadah Hanya Dengan Syari’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Ibadah bukanlah produk akal atau perasaan manusia. Ibadah merupakan sesuatu yang diridhai Allah, dan engkau tidak akan mengetahui apa yang diridhai Allah kecuali setelah Allah khabarkan atau dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan seluruh kebaikan telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak tersisa sedikit pun. Tidak ada dalam kamus ibadah seseorang melaksanakan sesuatu kerana menganggap ini baik, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencontohkan. Sehingga tatkala ditanya: “Mengapa engkau melakukan ini?” lalu ia menjawab: “Bukankah ini sesuatu yang baik? Mengapa engkau melarang aku dari melakukan yang baik?” Saudaraku, bukan akal dan perasaanmu yang menjadi hakim baik buruknya. Apakah engkau merasa lebih taqwa dan shalih daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya? Ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barangsiapa yang melakukan satu amalan (ibadah) yang tiada dasarnya dari kami maka ia tertolak.” (HR: Muslim)
Apakah Ibadah kita telah sesuai dengan tatacara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa hal berikut ini:
Sebabnya. Ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebab yang tidak disyari’atkan, maka ibadah tersebut adalah bid’ah dan tidak diterima. Contoh: Ada orang melakukan sholat tahajjud pada malam dua puluh tujuh bulan Rejab, dengan dalih bahwa malam itu adalah malam Mi’raj Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dinaikkan ke atas langit). Shalat tahajjud adalah ibadah tetapi kerana dikaitkan dengan sebab yang tidak ditetapkan syari’at maka shalat kerana sebab tersebut hukumnya bid’ah.
Jenisnya- Ertinya ibadah harus sesuai dengan syariat dalam jenisnya, contoh seseorang yang menyembelih kuda untuk korban adalah tidak sah, kerana menyalahi syari’at dalam jenisnya. Jenis binatang yang boleh dijadikan korban adalah unta, lembu dan kambing.
Kadar (bilangannya)- Kalau ada seseorang yang sengaja menambah bilangan raka’at shalat zhuhur menjadi lima raka’at, maka shalatnya bid’ah dan tidak diterima, kerana tidak sesuai dengan ketentuan syariat dalam jumlah bilangan raka’atnya. Dari sini kita tahu kesalahan orang-orang yang berdzikir dengan menentukan jumlah bacaan tersebut sampai bilangan tertentu, baik dalam hitungan ribuan, ratusan ribu atau bahkan jutaan. Mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali penat dan murka Allah.
Kaifiyah (caranya)- Seandainya ada seseorang berwudhu dengan cara membasuh tangan dan muka saja, maka wudhunya tidak sah, kerana tidak sesuai dengan cara yang ditentukan syariat.
Waktunya- Apabila ada orang menyembelih binatang korban Aidil Adha pada hari pertama bulan Dzulhijjah, maka tidak sah, kerana syari’at menentukan penyembelihan pada hari raya dan hari tasyriq saja.
Tempatnya- Andaikan ada orang beri’tikaf di tempat selain Masjid, maka tidak sah i’tikafnya. Sebab tempat i’tikaf hanyalah di Masjid.
Marilah kita wujudkan tuntutan dua kalimat syahadat ini, iaitu kita menjadikan ibadah yang kita lakukan semata-mata hanya untuk Allah dan kita beribadah hanya dengan syari’at yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap tarikan nafas dan detik-detik kehidupan kita, semoga dengan demikian kita semua menjadi hamba-Nya yang bersyukur, bertaqwa dan diridhai-Nya. Wallahu a’lam

Wednesday, November 9, 2011

Persoalan Cinta Dan Berkahwin Tanpa Cinta Menurut Syariat Islam..

Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam jiwa manusia, iaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan fikiran dan fizikalnya. Sebagaimana Firman Allah :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya adalah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri , supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya , dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih sayang .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar Rum: 21)


Cinta pada dasarnya adalah bukanlah sesuatu yang kotor, kerana kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram. Cinta mengandungi segala makna kasih sayang, keharmonian, penghargaan dan kerinduan, disamping mengandungi persiapan untuk menempuh kehidupan dikala suka dan duka, lapang dan sempit.


Cinta Adalah Fitrah Yang Suci
Cinta bukanlah hanya sebuah tarikan secara fizikal saja. Tarikan secara fizikal hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya.Dan sememangnya fitrah manusia untuk menyukai keindahan.Namun, disamping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan keperibadian dengan akhlak yang baik.
Islam adalah agama fitrah kerana itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia.Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia .Akan tetapi Islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga , dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.
Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.


Berkahwin Tanpa Cinta
Adakalanya sebuah pernikahan terjadi tanpa dilandasi oleh cinta. Mereka berpendapat bahwa cinta itu akan muncul setelah pernikahan. Islam memandang bahwa faktor tarikan merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan begitu saja.Islam melarang seorang wali menikahkan seorang gadis tanpa persetujuannya dan menghalanginya untuk memilih lelaki yang disukainya seperti yang termuat dalam Al Qur’an dan Assunnah.
Firman Allah : “Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kahwin dengan bakal suaminya” (QS. Al Baqarah: 232)
“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu , bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam , lalu ia memberitahukan bahwa ayahnya telah menikahkannya padahal ia tidak suka , lalu Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam memberikan hak kepadanya untuk memilih” (HR Abu Daud)
Kerana yang menjalani sebuah pernikahan adalah kedua pasangan itu bukanlah wali mereka.
Selain itu seorang yang hendak menikah hendaklah melihat dahulu calon pasangannya seperti termuat dalam hadis:
“Apabila salah seorang dari kamu meminang seorang wanita maka tidaklah dosa atasnya untuk melihatnya, jika melihatnya itu untuk meminang, meskipun wanita itu tidak melihatnya” (HR. Imam Ahmad)
Memang benar dalam beberapa kes, pasangan yang menikah tanpa didasari cinta dapat mempertahankan pernikahannya. Tapi apakah hal ini selalu terjadi, bagaimana bila yang terjadi adalah sebuah neraka pernikahan, kedua pasangan saling membenci dan saling mencaci maki satu sama lain. Sebuah pernikahan dalam Islam diharapkan dapat memayungi pasangan itu untuk menikmati kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang dengan mengikat diri dalam sebuah perjanjian suci yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kerana itulah rasa cinta dan kasih sayang ini sudah selayaknya merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum kedua pasangan mengikat diri dalam pernikahan. Kerana inilah salah satu kunci kebahagian yang hakiki dalam menghadapi masalah-masalah rumah tangga pada masa mendatang.
Wallahu a’lam…

Kiamat Semakin Dekat..

Waktu antara diutusnya Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasalam dengan hari kiamat sangatlah dekat. Demikian pemberitaan dari nabi sendiri, yang menyedarkan kita agar lebih bergegas dan bersiap dalam membawa perbekalan sebagai persiapannya.
Meski pun ramai yang sepakat bahwa kiamat memang dekat, namun majoriti kita sering tak sedar atau berpura tak sedar, bahkan larut dalam berbagai perhiasan dunia yang melalaikan. Sejenak, mari kita kembali membaca dan menyaksikan beberapa bukti kukuh tanda dekatnya hari kiamat. Agar hati kembali tersedar bahwa masa itu memang telah dekat, semakin dekat menjelang. Mengakhiri sebuah kehidupan peradaban manusia di dunia menuju sebuah kehidupan panjang, kekal dan abadi iaitu kehidupan akhirat. Sebagai sebuah peringatan yang nyata bagi setiap yang memiliki akal fikiran.
Diantara tanda kiamat yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasalam yang kini telah nyata di depan mata kita adalah:
” Sesungguhnya di antara tanda-tanda akan datangnya kiamat adalah jika ilmu(agama) diangkat/hilang, kebodohan dikukuhkan , arak/minuman keras diminum dan perzinaan tampak nyata” (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Tanda ini dikategorikan dalam tanda kiamat sughra (kecil) bukan tanda kubra. Namun bukan bererti memberikan kesempatan bagi kita untuk bersantai dan bernafas panjang, dan mengatakan “kiamat masih jauh”. Bahkan seharusnya menjadi pelajaran bagi kita bahwa apa yang diberitakan nabi adalah haq (benar) adanya. Maka perkhabaran nabi seperti kiamat besar dan syariat yang beliau bawa adalah benar pula adanya. Demikian semestinya seorang muslim berpandangan. Hal yang lain adalah tumbuhnya rasa syukur pada diri kita, kerana Allah masih memberikan kesempatan bagi kita untuk mengurus lembaran kehidupan kita, menuliskan catatan kebaikan dalam buku kehidupan kita. Masih ada kesempatan untuk bertaubat kepada Allah Yang Ghafuur (Maha pengampun) dan Rahiim (maha pengasih).
Di zaman ini, selaras dengan sabda Nabi semakin minima ilmu dien/agama. Semakin sedikit para ulama ilmu syar’i iaitu para ulama di muka bumi. Satu demi satu dipanggil oleh Allah ke sisi-Nya. Tak lekang dari ingatan kita meninggalnya para ulama besar Islam beberapa waktu kebelakangan ini. Kesannya, manusia semakin jauh dari agama Islam. Kebodohan pun maharajalela di seluruh penjuru bumi kecuali yang dirahmati oleh Allah azza wa jalla. Orang pun berbuat sekehendaknya menuruti pujuk rayu syaitan, memperturutkan nafsu syahwat keduniaan.
Tak dapat dinafikan, khamar bertebaran, perzinaan meluas. Khamr dinamakan dengan nama yang lain, beragam sesuai kelas pencandunya. Berapa banyak pemuda islam yang meminum arak, meski pun cuma sekali-dua kali atau jadi keperluan hariannya, naudzubillah min dzalik. Khamar kini dijual bebas di berbagai penjuru, di kedai, restoran, hotel, kelab-kelab malam atau di warung-warung kecil. Dulu mungkin orang benci melihatnya, atau yang jual malu dengan orang, namun kini tak ada lagi kata malu dan benci. Orang yang meneguk bir atau arak pun kini tak ragu lagi. Orang lain pun tak peduli dan berkata-kata, yang penting tidak mengganggu kita. Innalillahi wa inna ilaihi raa jiun…..
Perzinaan pula kini merebak di sana-sini. Lokasi dan prasarana semakin lengkap, canggih, bebas, dan berkelas-kelas. Begitu mudahnya diperolehi di lorong-lorong, di pinggir jalan dan tempat-tempat yang lain. Pergaulan para pemuda pun penuh dengan muatan perzinaan. Muda-mudi bergaul dengan bebasnya, tanpa batas yang jelas. Perzinaan kini terasa menjadi hal yang tidak asing bagi telinga manusia. Untuk selanjutnya menjadi hal yang dibenarkan , naudzubillah. Inilah keadaan memperihatinkan yang dikhabarkan oleh rasul kita sebagai salah satu tanda hari kiamat. Sukakah kita dengan kemungkaran yang seperti ini ? Bila tidak, mari kita ikut ambil bahagian memperbaiki situasi ini !
Tanda kiamat lain yang diberitakan oleh nabi kita adalah tersia-sianya amanah. Ini dalam sabda nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam ketika beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, bilakah Hari Kiamat itu? Rasulullah menjawab: ” Jika amanah telah disia-siakan tunggulah datangnya kiamat, orang itu berkata “Bagaimana mensia-siakannya(amanah)” Nabi bersabda: “Apabila perkara sudah diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kiamat”
Perkara ini terjadi ketika kebodohan merata dan menjadi hal yang lumrah.
Amanah yang dimaksud di antaranya dalam perkara yang berkaitan dengan agama seperti khilafah, pemerintahan, hukum fatwa dan lain-lain. Mata kepala kita pun menyaksikan dengan jelas realiti dari tanda ini. Betapa banyak manusia di zaman ini yang berbicara dan berfatwa tanpa ilmu. Diulama’kan padahal bukan ulama. Dan juga diserahkannya kepemimpinan bukan pada orang yang sesuai, maka akan menjadi sebuah musibah yang luar biasa. Ini beberapa tanda dari kedekatan hari kiamat, dan memang ia semakin mendekat.Wallahu a’lam….

Wednesday, November 2, 2011

Tatkala Bumi Bergoncang

Hati pun tersentak . bumi digetarkan, air ditumpahkan dari langit dan lautan, dataran diratakan. Ada apa dengan bumi ini!?. Mereka (bumi, langit dan lautan) berkhidmat mentaati perintah Allah, sebagai cubaan, sebagai peringatan bagi penduduk bumi ini. Orang-orang tua, muda belia, laki-laki, wanita, yang sakit, yang sihat, orang awam, polis dan tentera, dari penjahat sampai pejabat, dari pendosa sampai alim agama. Hanya dalam sekali hentakan. Sebagai cubaan bagi mereka yang ditinggalkan, sebagai peringatan bagi mereka yang menyaksikan. Allah mempunyai banyak cara untuk mengambil apa yang memang menjadi milik-Nya. Bila-bila masa pun Dia mahu, siapapun yang Dia inginkan. Tidaklah keadaan kita melainkan hanya menanti giliran. Dan ketika saat itu terjadi, tak ada satu makhlukpun yang dapat lari dari ketentuan-Nya.
Tidak ada seorangpun yang tahu di bumi mana dia akan mati. Sebagaimana tak ada seorangpun yang tahu kemana dia akan kembali. ke neraka tempat siksaan tiada henti? Atau ke syurga dalam kenikmatan abadi?
Masa lalu sudah tak akan pernah kembali. Masa depan juga terlalu tak pasti. Hanya hari ini…saat ini….yang masih kita miliki. Semoga Allah memberikan kesabaran bagi kita dan memberikan ganti yang lebih baik dari yang telah hilang. Semoga Allah mengampuni semua orang Islam yang masih hidup ataupun yang telah tiada.
Ketika ini kaum muslimin banyak sekali mendapatkan musibah, mulai dari pembunuhan, pembantaian, hingga gempa bumi yang melanda. Gelombang tsunami yang dahsyat , yang telah memakan korban jiwa yang banyak. Innalillahi wainna ilaihi rajiun.
Sebagai saudara sesama muslim kita patut perihatin atas musibah tersebut. Mari, kita menghadapi musibah ini dengan penuh kesabaran dan bertawakal kepada Allah. Sungguh, Allah telah menetapkan takdir dan ajal seluruh makhluk-Nya, mengatur dan menentukan segala amal perbuatan serta tindak-tanduk mereka. Lalu Allah membagi-bagikan rezeki dan harta duniawi kepada mereka. Allah menciptakan kehidupan dan kematian sebagai ujian, siapa di antara mereka yang terbaik amalannya. Allah juga menjadikan iman terhadap qadha dan takdir-Nya sebagai salah satu rukun iman. Setiap sesuatu yang bergerak atau berdiam di langit dan di bumi, pasti menuruti kehendak dan keinginan Allah.
Lebih jauh lagi, dunia ini sarat dengan kesulitan dan kesusahan. Diciptakan secara fitrah untuk dipenuhi dengan beban dan ancaman, aral rintangan serta berbagai cubaan. Tak ubahnya dingin dan panas, yang memang harus dirasakan oleh para hamba-Nya. Allah berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. .” (QS. Al-Baqarah: 155)
Berbagai musibah diatas adalah batu ujian, untuk menentukan siapa di antara hamba-Nya yang benar dan yang salah. Allah berfirman:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut: 2)
Jiwa manusia itu hanya dapat menjadi suci, setelah ditimpa ujian. Ujian dan cubaan, akan memperlihatkan kesejatian seseorang. Ibnul Jauzi mengungkapkan: “Orang yang ingin mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan abadi tanpa ujian dan cubaan, berarti ia belum mengenal ajaran Islam dan tidak mengenal arti pasrah diri kepada Allah.”
Setiap orang pasti akan merasakan susah, mukmin mahupun kafir di manapun dia berada. Hidup ini memang dibangun di atas berbagai kesulitan dan merbahaya. Maka janganlah seseorang membayangkan bahwa dirinya akan terbebas dari kesusahan dan cubaan.
Cubaan adalah lawan dari tujuan dan memang bertentangan dengan angan-angan dan kesenangan menikmati kelazatan hidup. Setiap orang pasti merasakannya, walau dengan ukuran yang berbeza, sedikit atau banyak. Seorang mukmin diberi ujian sebagai pengajaran baginya, bukan siksaan. Terkadang cubaan itu ada dalam kesenangan, terkadang juga ada dalam kesusahan. Allah berfirman:
“Dan Kami cuba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran…)” (QS. Al-A’raaf: 168)
Allah tidak pernah menahan sesuatu untukmu, wahai orang yang tertimpa musibah, melainkan kerana Allah akan memberimu sesuatu yang lain. Allah hanya mengujimu, untuk memberikan keselamatan kepadamu. Allah hanya memberimu cubaan, untuk membersihkan dirimu. Selama masih ada umur, rezeki pasti akan datang. Allah berfirman:
“Tidak ada yang melata di bumi ini melainkan rezekinya ada di sisi Allah.” (QS. Huud: 6)
Saad bin Abi Waqqash mengungkapkan: “Aku pernah bertanya, “Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang paling berat cubaannya?” Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berurut menurut tingkat keshalihannya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cubaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cubaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cubaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun.” (HR: Al-Bukhari).
Ingatlah wahai saudaraku, Allah tidaklah menghancurkan sebuah umat, kecuali di dalamnya banyak terdapat pelaku maksiat dan sedikit pelaku ketaatan. Dan, adakalanya kemaksiatan yang dilakukan oleh seseorang dapat menghancurkan umat seluruhnya, sebagaimana Allah telah menghancurkran kaum Tsamud, kerana salah seorang dari mreka telah membunuh unta yang dilarang dibunuh. Begitu pula yang terjadi pada Bani Israel, mereka ditimpa musibah penyakit yang menyebar kerana sebahagiannya terjerumus ke dalam perzinaan. Allah berfirman tentang kehancuran umat:
“Maka, masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang mengainaya dirinya.” (QS. Al-Ankabut: 40)
Mari kita bantu saudara-saudara kita dengan sekuat kemampuan kita, baik dengan menyumbangkan sebahagian harta kita, ataupun mendoakan agar mereka sentiasa diberikan kekuatan, ketabahan serta kesabaran. Amin

Tuesday, November 1, 2011

Kepahitan Di Dunia Adalah Kemanisan Di Akhirat

Kepalsuan-kepalsuan akan keindahan dunia memaksakan sebahagian besar manusia di masa ini saling berlumba-lumba dalam mencapai kesuksesan dunia, sehingga sebahagian besar manusia tidak enggan mencabuli sendi-sendi keimanan dan keTauhidan. Mulai dari mencari rezeki sehingga dengan memanfaatkan rezeki yang sesungguhnya adalah pinjaman dari Allah Ta’ala. Tidak jarang diantara manusia tersebut adalah dari kalangan yang telah memiliki dasar agama bahkan telah pernah menjadi aktivis da’wah ataupun da’i. Namun godaan dan fitnah dunia memang sangatlah berat sehingga tidak sedikit yang terjerumus akibat kekhilafan yang mereka lakukan baik disengaja mahupun tidak disengaja.

Manusia sering tergoda dengan manisnya dunia dengan berbagai macam fasiliti yang tersedia dan tidak sedikit yang akhirnya melupakan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah. Bahkan mereka sangat mencela berbagai kepahitan di dunia ini dengan berbagai macam umpatan, keluh kesah atupun amarah. Terlihat sebahagian manusia yang menghina seseorang yang menderita kerana berjuang mencari harta dan rezeki yang halal serta terbebas dari unsur kemaksiatan, minuman keras dan kerosakan agama yang telah menjadi seperti wabak.
Hendaklah kita mengetahui bahwa kepahitan dunia adalah kemanisan akhirat, begitu pula sebaliknya kemanisan dunia adalah kepahitan di akhirat. Sungguh, lebih baik bila seseorang beralih dari kepahitan sementara kepada kemanisan abadi daripada sebaliknya. Jika ini belum dapat kita fahami, maka perhatikanlah sabda Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam:
“Syurga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka dikelilingi oleh syahwat.” (HR: Muslim [2822] dalam Al-Jannah, Bab “Sifat Syurga dan Kenikmatannya”)

Pada kedudukan ini tingkat dan tahap manusia berbeza-beza dan akan terlihat hakikat diri mereka. Kebanyakan manusia mengutamakan kemanisan sementara dengan mengorbankan kemanisan abadi, serta tidak kuasa menanggung kepahitan sesaat untuk mendapatkan kemanisan abadi. Kehinaan sesaat untuk meraih kemulian abadi, serta ujian sesaat untuk mendapatkan kesentosaan abadi. Baginya yang ada sekarang adalah nyata, sedangkan yang dinanti masih ghaib. Imannya lemah dan kekuasaan nafsu benar-benar kukuh, sehingga lahirlah sikap mengutamakan dunia dan penolakan terhadap akhirat. Inilah keadaan mereka yang pandangannya tertuju hanya kepada perkara-perkara nyata, permulaan dan dasarnya saja. Adapun pandangan cerdas yang menembus tirai dunia sehingga mampu mencapai berbagai akibat dan puncak persoalan, maka keadaannya akan berbeza.

Maka ajaklah diri anda untuk melihat apa yang dipersiapkan oleh Allah Ta’ala bagi para waliNya yang taat kepadaNya, iaitu kenikmatan abadi, kebahagiaan selamanya, dan kemenangan paling besar. Serta kepada apa yang dipersiapkan oleh Allah Ta’ala untuk orang-orang yang malas dan lalai serta tidak menjadikan syariat sebagai landasan mencari kenikmatan/rezeki, iaitu berupa kehinaan, hukuman, dan penyesalan yang kekal. Pilihlah mana di antara keduanya yang lebih layak untuk anda ambil. Masing-masing akan bekerja sesuai dengan bahagiannya dan setiap orang akan berbuat menurut keadaan masing-masing dan yang sesuai dengan dirinya, tentunya dengan berbagai kesan yang harus diterima berdasarkan pilihan tersebut. Wallahu ‘Alam..

Friday, October 28, 2011

Antara Sikap Menahan Marah Dan Penuh Kasih Sayang..

Kelemahlembutan adalah akhlak mulia. Ia berada di antara dua akhlak yang rendah dan buruk, iaitu kemarahan dan kebodohan. Bila seorang hamba menghadapi masalah hidupnya dengan kemarahan dan emosional, akan tertutuplah akal dan fikirannya yang akhirnya menimbulkan perkara-perkara yang tidak diridhai Allah ta’ala dan rasul-Nya. Dan jika hamba tersebut menyelesaikan masalahnya dengan kebodohan dirinya, niscaya ia akan dihinakan manusia. Namun jika dihadapi dengan ilmu dan kelemahlembutan, ia akan mulia di sisi Allah ta’ala dan makhluk-makhluknya. Orang yang memiliki akhlak lemah lembut, insya Allah akan dapat menyelesaikan masalah hidupnya tanpa harus merugikan orang lain dan dirinya sendiri.Melatih diri untuk dapat memiliki akhlak mulia ini dapat dimulai dengan menahan diri ketika marah dan mempertimbangkan baik buruknya suatu perkara sebelum bertindak. Kerana setiap manusia tidak pernah terpisahkan dari masalah hidup, jika ia tidak membekali dirinya dengan akhlak ini, niscaya ia gagal untuk menyelesaikan masalahnya.
Demikian agungnya akhlak ini sehingga Rasullah memuji sahabatnya Asyaj Abdul Qais dengan sabdanya :
“Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai Allah yakni sifat lemah lembut (sabar) dan ketenangan (tidak tergesa-gesa)”. (HR. Muslim)
Akhlak mulia ini terkadang diabaikan oleh manusia ketika amarah telah menguasai diri mereka, sehingga tindakannya pun ada kesan negatif bagi dirinya ataupun orang lain. Padahal Rasulullah sudah mengingatkan dari sifat marah yang tidak pada tempatnya, sebagaimana beliau bersabda kepada seorang sahabat yang meminta nasIhat : “ Janganlah kamu marah.” Dan beliau mengulanginya berkali-kali dengan bersabda : “Janganlah kamu marah”. (HR. Bukhari).
Dari hadits ini diambil faedah bahwa marah adalah pintu keburukan, yang penuh dengan kesalahan dan kejahatan, sehingga Rasulullah mewasiatkan kepada sahabatnya itu agar tidak marah. Tidak berarti manusia dilarang marah secara mutlak. Namun marah yang dilarang adalah marah yang disebabkan oleh hawa nafsu yang memancing pelakunya bersikap melampaui batas dalam berbicara, mencela, mencerca, dan menyakiti saudaranya dengan kata-kata yang tidak terpuji, yang mana sikap ini menjauhkannya dari kelemahlembutan.
Didalam hadits yang shahih Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : “Bukanlah dikatakan seorang yang kuat itu dengan bergulat, akan tetapi orang yang kuat dalam menahan dirinya dari marah”. (Muttafaqqun’alahi).

Ulama telah menjelaskan berbagai cara menyembuhkan penyakit marah yang tercelah yang ada pada seorang hamba, iaitu :
Berdoa kepada Allah, yang membimbing dan menunjuki hamba-hambaNya ke jalan yang lurus dan menghilangkan sifat-sifat buruk dan hina dari diri manusia. Allah ta’alah berfirman: “Berdoalah kamu kepadaku niscaya akan aku kabulkan.” (Ghafir: 60)
Terus-menerus berdzikir pada Allah seperti membaca Al-Quran, bertasbih, bertahlil, dan istighfar, kerana Allah telah menjelaskan bahwa hati manusia akan tenang dan tenteram dengan mengingat Allah. Allah berfirman : “Ingatlah dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” ( Ar-Ra’d : 28).
Mengingat nas-nas yang menganjurkan untuk menahan marah dan balasan bagi orang-orang yang mampu manahan amarahnya sebagaimana sabda nabi shalallahu ‘alaihi wasallam :
“ Barangsiapa yang menahan amarahnya sedangkan ia sanggup untuk melampiaskannya, (kelak di hari kiamat) Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluq-Nya hingga menyuruhnya memilih salah satu dari bidadari syurga, dan menikahkannya dengan hamba tersebut sesuai dengan kemahuannya “ (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat shahihul jami’ No. 6398).
Merubah posisi ketika marah, seperti jika ia marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah ia duduk, dan jikalau ia sedang duduk maka hendaklah ia berbaring, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam : “ Apabila salah seorang diantara kamu marah sedangkan ia dalam posisi berdiri, maka hendaklah ia duduk. Kalau telah reda/hilang marahnya (maka cukup dengan duduk saja), dan jika belum hendaklah ia berbaring.” (Al-Misykat 5114).
Berlindung dari syaitan dan menghindar dari sebab-sebab yang akan membangkitkan kemarahannya.
Demikianlah jalan keluar untuk selamat dari marah yang tercela. Dan betapa indahnya perilaku seorang muslim jika dihiasi dengan kelemahlembutan dan kasih sayang, kerana tidaklah kelemahlembutan berada pada suatu perkara melainkan akan membuatnya indah. Sebaliknya bila kebengisan dan kemarahan ada pada suatu urusan niscaya akan memburukkannya. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda :
“ Tidaklah kelemahlembutan itu berada pada sesuatu kecuali akan membuatnya indah, dan tidaklah kelembutan itu dicabut kecuali akan menjadikannya buruk.” (HR. Muslim).
Wallahu a’lam…


Thursday, October 27, 2011

Ikhtiar Dan Doa Usaha Menuju Kehidupan Bahagia..

Termasuk hal-hal yang dapat mendatangkan kesenangan dan menghilangkan kesedihan adalah berusaha menghilangkan faktor yang menyebabkan kesedihan tersebut serta berusaha mencari faktor yang dapat mendatangkan kesenangan yang diinginkan. Caranya iaitu melupakan musibah-musibah yang sudah berlalu dan tidak mungkin dapat diatasi. Juga harus memahami, menyibukkan fikiran dengan hal-hal tersebut adalah perbuatan sia-sia, tidak berguna, dan gila.

Dengan demikian dia berusaha agar hatinya tidak lagi memikirkan hal-hal tersebut, berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya yang kekurangan, perasaan takut atau lainnya dari kekhuatiran yang dia bayangkan pada masa depan. Maka dia memahami bahwa masa depan tidak dapat diketahui, termasuk di dalamnya masalah kebaikan, keburukan, harapan-harapan dan musibah. Semuanya berada di Tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Manusia tidak kuasa apa-apa kecuali berusaha mendapatkan kebaikan dan menolak kemudharatan.

Dengan demikian seorang hamba mengetahui, bila dia tidak gelisah memikirkan nasibnya yang akan datang, bertawakkal kepada Allah untuk memperbaiki nasibnya serta merasa tenteram dengannya, maka hatinya akan tenang, keadaannya akan pulih dan akan hilang kesedihan dan kegelisahannya.
Termasuk hal yang paling berguna untuk menyambut masa depan yang baik adalah: “Menggunakan do’a yang pernah dipanjatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan urusan pokokku, perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku, perbaikilah akhiratku yang ke sanalah tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini tambahan bagiku dalam setiap kebaikan dan (jadikanlah) kematian itu keterlepasan bagiku dari setiap keburukan.” (HR: Muslim)
Begitu pula do’a beliau:

“Ya Allah, aku mengharapkan rahmatMu, maka janganlah Kau pasrahkan (urusan)ku pada diriku sendiri walau sekejap mata. Dan perbaikilah urusanku semuanya. Tidak ada sesembahan yang haq melainkan Engkau.” (HR: Abu Daud dengan sanad shahih)

Bila seorang hamba memanjatkan do’a ini untuk kebaikan agama dan dunianya pada masa yang akan datang disertai hati yang hadir, niat yang benar dan memang berusaha untuk itu, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan do’a, harapan dan apa yang dia usahakan. Berubahlah kesedihannya menjadi kebahagiaan dan kesenangan. Insya Allah…Wallahul Musta’anu ‘ala maa tashifuun….


Friday, October 21, 2011

Tomboy : Wanita Yang Menyerupai Lelaki

Akhir-akhir ini telah muncul sekelompok wanita yang menyimpang dari fitrah Allah Subhanahu wa Ta’ala, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan manusia di atas fitrah itu. Mereka menunjukkan sifat yang tidak sesuai dengan tabiat kewanitaan mereka, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan tabiat tersebut untuk membezakan dengan tabiat laki-laki.
Akibatnya sekelompok wanita tersebut banyak menemui kesulitan dan kesempitan, mereka mengalami problem fizikal dan psikis, menjadi wanita-wanita yang tersisih yang dibenci sekaligus menjadi pelampiasan kemarahan suami dan anak-anak mereka.
Di samping itu ada ancaman yang amat keras lagi bagi para wanita yang meyimpang dari fitrah dan kudrat kewanitaan mereka serta menyerupai laki-laki dalam hal berpakaian, penampilan, akhlak dan tindakan. Dalam sebuah hadits shahih dari ibnu Abbas Radhiallaahu anhu dia berkata:
“Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang berpenampilan seperti laki-laki” (HR: Al-Bukhari).
Laknat artinya terusir dan dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wanita yang berpenampilan seperti laki-laki artinya yang meniru-niru laki-laki dalam berpakaian dan penampilan. Adapun meniru dalam hal ilmu dan pemikiran maka hal itu terpuji.
Dari Salim Bin Abdullah dari bapaknya, dia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam:
“Ada tiga golongan manusia yang tidak akan dipandang oleh Allah Azza Wa Jalla pada hari kiamat: Orang yang durhaka kepada orang tua, wanita yang menyerupai laki-laki, dan Dayuts (orang yang tidak punya rasa cemburu)” (HR: An-Nasai)



Beberapa Bentuk Penyerupaan Wanita Kepada Laki-Laki
Banyak sekali bentuk penyerupaan wanita terhadap laki-laki. Masalah ini tidaklah terbatas hanya dalam hal pakaian saja tetapi meliputi lebih dari itu, di antara bentuk (penyerupaan) terhadap laki-laki yang sering dilakukan oleh para wanita adalah:
Menyerupai laki-laki dalam hal berpakaian berupa memakai pakaian yang persis menyerupai pakaian laki-laki dan memakai seluar panjang yang pada asalnya merupakan pakaian laki-laki dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa “Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Sallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki. Pernah ditanyakan kepada Aisyah Radhiallaahu anha bahwa ada seorang wanita yang memakai kasut (model laki-laki), maka berkatalah Aisyah: “Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Sallam melaknat wanita yang meniru-niru laki-laki.” (HR: Abu Dawud).
Tidak berpegang teguh terhadap Hijab (pakaian wanita muslimah) yang disyariatkan. Imam Adz-Dzahabi berkata: “Di antara perbuatan yang menyebabkan terlaknatnya wanita adalah menampakkan perhiasan, emas dan berlian di balik hijab dan memakai wangi-wangian ketika keluar atau memakai pakaian yang menyolok mata … Semua itu termasuk tabarruj yang dimurkai Allah dan dimurkai pula orang yang melakukannya di dunia dan akhirat.”
Ramai keluar rumah tanpa ada keperluan baik bersama pemandu peribadi, naik kenderaan awam atau memandu sendiri seperti yang banyak terjadi di beberapa negara atau berjalan kaki sekalipun jaraknya jauh.
Berdesak-desakan dengan laki-laki dan bercampur baur dengan mereka di pasar-pasar dan di tempat-tempat umum, bahkan sebahagian mereka tidak merasa malu untuk menunggu di barisan laki-laki ketika menunggu, masuk dan duduk diantara laki-laki khususnya di lapangan bisnes.
Meninggikan suara dalam berbicara dengan laki-laki dengan suara yang keras sehingga terdengar dari kejauhan. Padahal tabiat seorang wanita biasanya berbicara rendah dan menghindari berbicara dengan laki-laki asing.
Meniru kebiasaan laki-laki dalam hal berjalan dan beraktiviti, berupa berjalan di pasar-pasar atau jalanan seperti berjalannya laki-laki dengan gagah menyerupai gerakan laki-laki yang menampakkan kegagahan dan kejantanan.
Kasar dalam bermuamalah dan berakhlak dengan keluarga dan kerabatnya, tidak lembut, kasar, keras kepala dan tidak menghargai orang lain, semua ini tercela bagi laki-laki apalagi bagi wanita?

Tidak memakai perhiasan yang khusus bagi wanita seperti pacar, celak mata, dan yang lainnya sehingga menjadi seperti laki-laki dalam bentuk dan penampilan. Aisyah Radhiallaahu anhu berkata:
“Ada seorang wanita menyerahkan sebuah buku dengan tangannya dari balik hijab kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliaupun mengambilnya lalu berkata: “Aku tidak tahu apakah ini tangan laki-laki ataukah tangan wanita?” Aisyah menjawab: “Tangan wanita.” Beliau berkata lagi: “Kalau engkau wanita maka engkau harus merubah kuku-kukumu,” maksudnya dengan pacar.” (HR: Abu Dawud)
Menyerupai laki-laki dalam berpenampilan berupa memotong rambut seperti potongan rambut laki-laki, memanjangkan kuku, posisi ketika berdiri atau duduk dan sebagainya.
Melepaskan diri dari pengawasan suami atau wali. Dia tidak mahu menerima kalau dirinya berada di bawah pengaturan suami atau wali dia menginginkan kebebasan bertindak secara mutlak tanpa izin atau pengawasan laki-laki yang memang bertanggung jawab atas dirinya.
Bepergian tanpa mahram dengan berbagai alat transportasi dan yang paling masyur adalah kapal terbang. Dia sendirilah yang membeli tiket, pergi ke lapangan terbang, dan bepergian tanpa mahram yang menyertainya dan melindunginya dari orang-orang fasik. Perbuatannya itu telah menyimpang dari diennya (agamanya) dan tabiatnya. Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: “Janganlah seorang wanita bepergian (musafir) kecuali dengan mahramnya.” (muttafaq ‘alaih)
Sedikitnya rasa malu, seorang wanita tomboy telah tercabut rasa malu dari keperibadian dan akhlaknya, ia tak ubahnya seperti pohon terdedah tak berkulit. Berbicara tentang segala hal, berbual dengan setiap orang pergi ke berbagai tempat tanpa rasa malu dan akhlak, sebagai mana sabda Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits yang shahih:
“Sesungguhnya di antara hal yang telah diketahui manusia dari ucapan para nabi yang dulu adalah: Kalau kamu tidak merasa malu maka bertindaklah semahumu.”
Inilah beberapa bentuk penyerupaan wanita terhadap laki-laki yang keburukannya begitu nyata dikalangan para wanita, dan hal ini amat patut disesalkan. Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan yang menyeluruh tentang definisi wanita tomboy iaitu:
Wanita yang menyerupai laki-laki dalam hal berpakaian, penampilan, berjalan, berbicara, meninggikan suara, beraktiviti dan bercampur baur. Atau secara ringkasnya bahwa seorang wanita dikatakan tomboy kalau dia meniru seperti laki-laki (padahal yang ia tiru adalah merupakan ciri laki-laki yang bertentangan dengan kudrat kewanitaannya).
Beberapa sebab seorang wanita menjadi tomboy Ada beberapa penyebab yang mendorong seorang wanita menjadi tomboy yang secara umum diantaranya adalah sebagai berikut:
Kurangnya iman dan sedikitnya rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kerana terjerumusnya seseorang kepada maksiat baik dosa kecil ataupun dosa besar merupakan akibat dari kurangnya iman dan lemahnya perasaan merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla.
Kurang pendidikan, peribahasa mengatakan bahwa seseorang adalah anak bagi lingkungannya. Bila lingkungan tempat dia hidup merupakan lingkungan yang shaleh, maka diapun akan shaleh, kalau lingkungannya buruk maka diapun akan seperti itu. Seorang anak wanita yang hidup dirumah yang tunggang-langgang yang kosong dari pendidikan yang baik pada umumnya akan menyeret dia kepada berbagai penyimpangan.
Pengaruh media massa dengan berbagai bentuk dan jenisnya, baik tontonan, yang di dengar, ataupun bacaan. Di dalamnya berkembang dan tersebar pemikiran-pemikiran sesat dan penyimpangan yang akan menyesatkan para wanita dan mendorong mereka untuk melanggar norma agama dan prinsip-prinsip kebenaran.
Taklid buta, dia berpakaian dan berperilaku tanpa memahami dan mengetahui apa yang dia lakukan, juga tidak memikirkan manfaat dan mudharaatnya. Dia hanya sekedar ikut-ikutan kepada apa yang ada di sekitar dirinya, dari kawan-kawannnya dan dari para seniwati (artis atau bintang), sekalipun hal itu bertentangan tabiat kewanitaannya.
Kawan bergaul yang buruk perangai, di antara hal yang tidak diragukan lagi adalah kawan bergaul yang mempunyai pengaruh besar dalam peribadi seseorang baik positif ataupun negatif. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam:
“Perumpamaan kawan bergaul yang saleh dengan kawan bergaul yang buruk seperti orang yang menjual minyak wangi dengan Tukang Besi. Panjual minyak wangi mungkin dia akan memberikan kepadamu atau kamu membeli darinya, atau kamu dapat mencium harumnya. Adapun tukang besi mungkin dia dapat membakar pakaianmu atau kamu mencium bau busuk darinya.” (Muttafaq ‘alaih).
Kurang percaya diri dan dalam usaha menarik perhatian, sebahagian wanita ada yang merasa kurang percaya diri dan berupaya menutup kekurangan itu dengan cara yang justeru menyeret mereka kepada keburukan yaitu menyerupai laki-laki dalam berperilaku, penampilan, pakaian dan sebagainya.
Contoh yang buruk, contoh (figure) merupakan unsur pendidikan yang terpenting. Kadang-kadang seorang ibu berperilaku menyerupai laki-laki lalu dicontohi oleh anak perempuannya. Umumnya para anak wanita memiliki keperibadian kerana mencontohi ibu-ibu mereka. Maka seorang ibu yang tidak menghargai dan tidak menghormati ayah, pada umumnya anak wanitanya pun bertabiat seperti itu iaitu tidak menghargai suami mereka. Dan seorang ibu yang kasar nada bicaranya dan selalu keras dalam bersuara maka anak perempuannya pun akan mewarisi sifat ini pula.
Tidak adanya rasa cemburu dari suami atau walinya, sehingga tidak mencegah dia dari penyimpangan dalam masalah hijab dan pakaian dan tidak melarangnya dari perilaku tidak layak.
Demikian diantara sebab-sebab terpenting yang dapat menjerumuskan wanita ke dalam sikap meniru kaum laki-laki. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga kita dari segala perbuatan yang menyelisihi syari’atNya serta membimbing kita semua agar tetap diatas fitrah yang diridhaiNya. Wallahu a’lam…


Wednesday, October 19, 2011

Maksud Sikap CEMBURU Dalam Islam Dan Cara Mengubatinya

Beberapa tabloid pernah mengemukakan kisah “perang saudara” di antara isteri-isteri yang hidup dalam suasana poligami, di mana ada yang mencurah asid, menikam dengan pisau dapur dan mengejar antara satu sama lain. Aksi-aksi cemburu seperti ini menjadi topik perbualan serta gelak ketawa di kalangan masyarakat. Demikianlah sifat sebahagian media cetak , ia tidak mendidik pembacanya ke arah ilmu yang bermanfaat, sebaliknya merendahkan pembacanya kepada perbuatan-perbuatan yang menyelisihi ilmu, norma sihat dan etika mulia.
Sebenarnya cemburu tidak sekadar berlaku di antara isteri-isteri yang hidup di alam poligami. Ada isteri yang cemburu apabila suaminya berbuat baik kepada ibu atau adik perempuannya. Ada suami yang cemburu apabila isterinya melayan tetamu minum petang terlebih baik daripada melayan dirinya. Ada abang yang cemburu apabila adiknya menerima hadiah daripada ibubapanya. Justeru cemburu adalah sesuatu yang lazim berlaku. Hanya ia lebih sensasi jika berlaku di kalangan mereka yang hidup di alam poligami.

Maksud Cemburu.
Secara mudah, cemburu bererti reaksi seseorang apabila sesuatu yang memiliki kepentingan bagi dirinya disaingi atau dicabar. Reaksi tersebut boleh jadi perasaan yang benci dan marah, boleh juga diterjemahkan kepada perbuatan fizikal seperti memecahkan atau membaling barang.
Cemburu ada yang terpuji, iaitu benci dan marah kepada orang yang menyembah tuhan selain Allah, mengamalkan cara hidup selain dari apa yang Islam gariskan dan menukar-nukar ajaran Islam dengan tafsiran tersendiri. Perasaan cemburu seperti ini lahir kerana Allah dan Islam berada dalam posisi yang penting dalam diri seseorang. Apabila ia disaingi atau dicabar, maka lahirlah rasa cemburu.
Reaksi cemburu ini seterusnya diterjemahkan kepada perbuatan mengajak orang kepada menyembah Allah (dakwah), mencegah kemungkaran yang sedang berlaku (nahi mungkar) dan membela ajaran Islam yang tulin agar masyarakat tidak terpengaruh dengan ajaran sesat.
Termasuk sifat cemburu yang terpuji ialah apabila seorang suami memantau pakaian dan pergaulan isterinya agar sentiasa menepati tunjuk ajar Islam. Suami yang membiarkan isterinya tanpa menutup aurat, bergaul bebas dengan lelaki asing, tidak mendirikan solat dan sebagainya dicela oleh Rasulullah sebagai lelaki dayus. Baginda menegaskan:

“Tiga (jenis orang) yang Allah haramkan syurga ke atasnya: orang yang ketagih arak, orang yang menderhaka kepada ibubapanya dan orang yang dayus – iaitu orang yang membiarkan maksiat dilakukan oleh ahli keluarganya.” [Musnad Ahmad, no: 6113 dan dinilai sahih oleh Syu’aib al-Arna’uth]

Berdasarkan hadis ini, jika seorang isteri itu memiliki suami yang prihatin memantau aktivitinya, maka ia adalah sesuatu yang terpuji. Janganlah pula merungut kerana suami demikian melaksanakan tanggungjawabnya, berbeza dengan suami yang dayus.

Cemburu Yang Tercela.
Di sebalik cemburu yang terpuji, ada cemburu yang tercela. Ia merujuk kepada reaksi benci dan marah yang timbul atas sebab-sebab duniawi. Satu contoh cemburu yang tercela ialah seorang isteri yang cemburu apabila suaminya membelikan hadiah tas tangan kepada ibunya. Berbuat baik kepada ibubapa dituntut oleh Islam dan reaksi cemburu yang lahir dalam hati isteri adalah kerana sebab duniawi, iaitu dia merasakan dirinya dinombor duakan, di bawah ibu suaminya semata-mata kerana pemberian hadiah tersebut.
Cemburu yang tercela tidak sahaja dikaitkan dengan para wanita atau isteri. Ia juga boleh dimiliki oleh para lelaki dan suami. Suatu kisah, ada seorang lelaki yang sangat pencemburu sehingga dia melarang isterinya menghadiri kuliah agama atau bertanya soalan agama kepada para ustaz. Akhirnya minat isterinya ke arah agama terhalang oleh suaminya yang pencemburu. Ini tentu saja satu sifat cemburu yang amat tercela.

Mengubati Penyakit Cemburu.
Hati yang dijangkiti penyakit cemburu yang tercela boleh diubati dengan beberapa tips berikut:

Pertama: Hendaklah disedari bahawa apa yang diperolehi oleh seseorang, maka Allah jua yang memberikannya. Jika suami memberikan tas tangan kepada ibunya, maka Allah yang sebenarnya memberi sementara suami hanya berperanan sebagai perantara yang menyampaikannya. Maka cemburu sehingga benci dan marah bererti membenci dan memarahi Allah.
Oleh kerana itulah Allah mengingatkan kita:

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [al-Nisa’ 4:32]


Kedua: Kita sesama umat Islam, sesama mukminin dan mukminat hendaklah tumpang gembira apabila saudara kita memperolehi sesuatu. Kita bergembira untuknya seolah-olah kita sendiri yang mendapat kelebihan tersebut. “I am happy for you” bukan sekadar slogan masyarakat Barat tetapi juga sesama umat Islam. Rasulullah bersabda:
“Tidaklah (sempurna) iman seseorang kalian sehinggalah dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya.” [Shahih al-Bukhari, no: 13]
Justeru ciri seseorang yang beriman ialah dia tidak cemburu atas kelebihan yang diperolehi oleh saudara seislamnya, tetapi dia turut bergembira. Berdasarkan hadis ini mungkin ada yang berkata: “Imanku belum cukup sempurna untuk aku mencintai bagi saudaraku apa yang aku cintai untuk diriku.” Maka alasan ini diperbetulkan dengan nasihat: “Cintailah untuk saudaramu apa yang kamu cintai bagi dirimu, nescaya kamu akan merasai kemanisan dan pertambahan iman di dalam dirimu.”


Ketiga: Syaitan suka menghasut manusia ke arah sifat yang tercela, termasuklah sifat cemburu yang tercela. Dengan hasutan tersebut, syaitan dapat menjadikan kita lupa kepada peranan Allah yang sebenarnya memberi serta bermusuhan sesama umat Islam. Oleh itu apabila sahaja terlintas bisikan cemburu yang tercela di dalam hati, segeralah menolaknya dengan membaca "A’uzubillahi minash syaitan nirrajim."
Hadis berikut menjadi rujukan:
A’isyah menerangkan pada satu malam baginda keluar dari rumahnya dan ini menyebabkan dia merasa cemburu. Kemudian Rasulullah kembali ke rumah dan mendapati dia sedang dalam keadaan yang cemburu. Lalu baginda bertanya:
“Apa jadi kepada kamu wahai A’isyah? Adakah kamu cemburu?”
“Takkanlah aku tidak cemburu kepada orang sepertimu?”
Kemudian Rasulullah melanjutkan: “Apakah telah datang kepadamu syaitan kamu?”
“Wahai Rasulullah! Apakah bersama aku ada syaitan?”
“Ya.”
“Dan (apakah syaitan itu ada) pada setiap manusia?”
“Ya.”
(Apakah syaitan juga) bersama kamu wahai Rasulullah?”
“Ya, akan tetapi Tuhanku telah menolongku darinya sehingga aku selamat dari gangguannya.”[Shahih Muslim, no: 5035]

Wallahuaklam...

Tuesday, October 18, 2011

Nasihat Kepada Pelaku Maksiat..

Dalam mengharungi bahtera kehidupan ini, kita melihat bahwa manusia terbagi menjadi dua golongan;
Golongan pertama adalah manusia… lingkungan… masyarakat yang cinta kebaikan… gemar melakukan kebajikan… suka dalam menjalani kema’rufan…
Golongan kedua adalah manusia… lingkungan… masyarakat yang cinta keburukan… gemar melakukan keburukan… suka dalam menjalani kemungkaran, maksiat dan dosa…
Ya… demikianlah lingkungan di sekitar kita…
Ingat…! Allah Ta’ala telah memberikan peringatan kepada kita dengan tegas nan jelas… bahwa musibah akan terjadi kerana kemaksiatan yang dilakukan, tidak hanya menimpa para pelaku saja tapi akan menyeluruh kepada masyarakat sekitarnya… Allah berfirman :
“Dan takutlah kamu terhadap fitnah (musibah, petaka, bencana, siksa) yang benar-benar tidak hanya menimpa orang-orang zalim di antara kamu secara khusus. Dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha dahsyat siksa-Nya.”

Subhanallah! sungguh peringatan yang Allah berikan bukanlah sebuah omong kosong yang tak dapat terjadi… yang tak mungkin terlaksana… sungguh janji Allah adalah sebenar-benar janji dan pasti terjadi… musibah pasti akan datang silih berganti… petaka pasti akan menimpa … bencana pasti akan terjadi di sana-sini… siksa Allah pasti akan meluluhlantakkan bumi pertiwi ini… bila kemungkaran dilakukan… bila maksiat dibiarkan… bila dosa diacuhkan… bila pelakunya diagungkan… bila perbuatannya didukung dan dikendalikan… sungguh musibah akan menimpa diri kita semua…
Lalu bagaimana dengan diri kita, yang mengaku para pencinta kebenaran, para pendukung kema’rufan, para penggemar kebajikan, para pelaku kebaikan… Apakah kehidupan kita sudah terlepas dari kemungkaran…? Apakah amal baik kita sudah terbebas dari dosa…? Apakah kelakuan kita sehari-hari sudah murni tanpa kesalahan dan keburukan…? Sungguh naif bila kita mengaku sebagai pasukan pembasmi kemungkaran bila namun diri kita terjerumus dalam dosa dan maksiat… Sungguh hina bila kita mengaku cinta kema’rufan bila diri kita masih terlena dengan pujuk rayu wanita dan harta… Sungguh zalim bila kita mengaku gemar melakukan kebajikan bila diam-diam kita menjalani keburukan… atau bahkan justeru kitalah yang menjadi kunci atas turunnya musibah… kerana kita tahu dan berilmu tapi kita melanggar dan melakukan maksiat… kita tidak mengamalkan ilmu yang kita peroleh dari guru-guru kita…

Ya… memang manusia sulit untuk terlepas dari lupa dan salah… sulit bagi manusia untuk terbebas dari keburukan… kecuali bagi mereka yang Allah lindungi… mereka yang diberi Rahmat oleh Allah… mereka yang sentiasa ingat kepada Allah… mereka yang selalu menjaga diri dari keburukan sekecil apapun…
Sungguh indah nasihat Ulama kita…
Janganlah engkau melihat akan kecilnya suatu kesalahan……
Akan tetapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat……
Subhanallah! sungguh indah nasihat ini…
Kepada kamu yang cinta kema’rufan…
Kepada kamu yang benci kemungkaran…
Semoga kehadiran nasihat ulama di atas dapat menjadi renungan…
Ya…
janganlah engkau melihat akan kecilnya suatu dosa…
janganlah engkau melihat akan remehnya suatu kesalahan…
janganlah engkau melihat akan kecilnya suatu maksiat…
jangan…!!!
tapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat…
Allah… Dia yang sedang engkau maksiati…
Allah… Dia yang sedang engkau durhakai…
Allah… Dzat yang telah menciptakanmu… justeru engkau sedang melanggar aturan-aturannya…
Lihatlah… perhatikanlah… siapa yang sedang engkau maksiati… saudara…!
Astagfirullahal adzim min kulli dzanbil adzim…
Sudah selayaknya bagi kita semua ya ikhwah untuk menjaga diri kita… keluarga kita… masyarakat kita… negeri kita… dari kemaksiatan, dosa, keburukan, kesalahan, dan kemungkaran…
Wallahu a’lam....

Saturday, October 15, 2011

Orang yang Beramal di Waktu Muda Akan Bermanfaat untuk Waktu Tuanya

Dalam surat At Tiin, Allah telah bersumpah dengan tiga tempat diutusnya para Nabi ‘Ulul Azmi iaitu:
[1] Baitul Maqdis yang terdapat buah tin dan zaitun tempat diutusnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam
[2] Bukit Sinai yaitu tempat Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa ‘alaihis salam,
[3] Negeri Mekah yang aman, tempat diutus Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Setelah bersumpah dengan tiga tempat tersebut, Allah Ta’ala pun berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At Tiin [95]: 4-6)
Maksud ayat “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” ada empat pendapat. Di antara pendapat tersebut adalah “Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya sebagaimana di waktu muda yaitu masa kuat dan semangat untuk beramal.” Pendapat ini dipilh oleh ‘Ikrimah.
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.” Menurut Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Ibrahim dan Qatadah, juga Adh Dhahak, yang dimaksudkan dengan maksud ayat ini adalah: “dikembalikan ke masa tua setelah berada di usia muda, atau dikembalikan di masa-masa tidak semangat untuk beramal setelah sebelumnya berada di masa semangat untuk beramal.” Masa tua adalah masa tidak semangat untuk beramal. Seseorang akan melalui masa kecil, masa muda, dan masa tua. Masa kecil dan masa tua adalah masa sulit untuk beramal, berbeza dengan masa muda.
An Nakha’i mengatakan: “Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka akan dicatat untuknya pahala sebagaimana amal yang dulu dilakukan pada saat muda. Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah: "bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”
Ibnu Qutaibah mengatakan: “Makna firman Allah : “Kecuali orang-orang yang beriman” adalah kecuali orang-orang yang beriman di waktu mudanya, di saat keadaan (semangat) untuk beramal, maka mereka di waktu tuanya nanti tidaklah berkurang amalan mereka, walaupun mereka tidak mampu melakukan amalan ketaatan di saat usia senja. Kerana Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, mereka tidak akan berhenti untuk beramal kebaikan. Maka orang yang gemar beramal di waktu mudanya, (di saat tua), dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya.” (Lihat Zaadul Maysir, 9/172-174)
Begitu juga kita dapat melihat pada surat Ar Ruum ayat 54.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar Ruum: 54)
Ibnu Katsir mengatakan: “(Dalam ayat ini), Allah Ta’ala menceritakan mengenai fasa kehidupan, tahap demi tahap. Awalnya adalah dari tanah, lalu berpindah ke fasa nutfah, beralih ke fasa ‘alaqah (segumpal darah), lalu ke fasa mudh-gah (segumpal daging), lalu berubah menjadi tulang yang dibalut daging. Setelah itu ditiupkanlah ruh, kemudian dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan lemah, kecil dan tidak begitu kuat. Kemudian si kecil tadi berkembang perlahan-lahan hingga menjadi seorang kanak-kanak. Lalu berkembang lagi menjadi seorang pemuda, remaja. Inilah fasa kekuatan setelah sebelumnya berada dalam keadaan lemah. Lalu setelah itu, dia menginjak fasa dewasa (usia 30-50 tahun). Setelah itu dia akan melalui fase usia senja, dalam keadaan penuh uban. Inilah fasa lemah setelah sebelumnya berada pada fasa kuat. Pada fasa inilah berkurangnya semangat dan kekuatan. Juga pada fasa ini berkurang sifat lahiriyah mahupun batiniah. Oleh kerana itu, Allah Ta’ala berfirman: “kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban”.” (Tafsir Al Qur’an Al Azhim pada surat Ar Ruum ayat 54)
Jadi, usia muda adalah masa kuat (semangat) untuk beramal. Oleh kerana itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah disia-siakan.
Jika engkau masih berada di usia muda, maka janganlah katakan: "jika berusia tua, baru aku akan beramal."
Daud Ath Tha’i mengatakan:
إنما الليل والنهار مراحل ينزلها الناس مرحلة مرحلة حتى ينتهي ذلك بهم إلى آخر سفرهم ، فإن استطعت أن تـُـقدِّم في كل مرحلة زاداً لما بين يديها فافعل ، فإن انقطاع السفر عن قريب ما هو ، والأمر أعجل من ذلك ، فتزوّد لسفرك ، واقض ما أنت قاض من أمرك ، فكأنك بالأمر قد بَغَـتـَـك
"Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. Jika engkau mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah. Berakhirnya musafir boleh jadi dalam waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih segera daripada itu. Persiapkanlah perjalananmu (menuju negeri akhirat). Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Tetapi ingat, kematian itu datangnya tiba-tiba." (Kam Madho Min ‘Umrika?, Syaikh Abdurrahman As Suhaim)
Semoga maksud tulisan ini sama dengan perkataan Nabi Syu’aib:
إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud [11]: 88)
Semoga Allah memperbaiki keadaan segenap pemuda yang membaca risalah ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka ke jalan yang lurus.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala wa alihi wa shahbihi wa sallam.

Friday, October 14, 2011

Adakah Al Quran Dalam Hatimu?

Rutin pekerjaan dan kesibukan dunia yang tiada habisnya, sering menjadi penyebab dari hati yang kering dan gersang dari sumber mata air iman yang menyejukkan. Ibarat kafilah yang melintas di padang pasir dengan muatan harta yang berlimpah, ia menjadi tidak bernilai tatkala kehausan (dehidrasi) memenuhi sekujur raganya. Setitis air, yang tatkala harganya tiada seberapa, menjadi bernilai dalam keadaan jiwa yang dirundung kegersangan dan kehausan yang tiada tara.

Itulah fitrah dari orang-orang beriman, yang sentiasa mengharap nilai-nilai yang mampu menyuburkan keimanannya. . Di tengah pekerjaan dan status karier yang dimilikinya, hati mereka sebenarnya tidak sepenuhnya mencukupi keperluannya. Jiwa mereka dahaga. Mereka mengharapkan keluasan hati laksana samudera, kesejukan jiwa laksana embun di pagi hari, dan kedamaian laksana bunyi deruan ombak yang menenteramkan jiwa.

Sebagai Muslim dan Muslimah sudah tentu mereka mengharapkan sntuhan rohani tentunya perkara yang bersangkutan dengan informasi keislaman dan keimanan, baik berupa taujih, tausiyah, renungan, tafakkur, atau kisah-kisah singkat yang sarat dengan pesanan dan inspirasi tentang bagaimana seharusnya mengelola kehidupan menuju ridha-Nya. Namun semua itu rasanya tiada cukup manakala mereka belum berinteraksi dan bersentuhan langsung dengan sumber penawar dahaga keimanan, iaitu Al-Quran.
Sudah masyhur di tengah perbincangan mereka bahawa bagi yang membaca Al-quran, maka satu huruf yang dibacanya berbalas dengan sepuluh kebaikan. Dan bukanlah “Alif Lam Mim” itu satu huruf, akan tetapi “Alif” satu huruf, “Lam” satu huruf, dan “Mim” satu huruf. Luar biasa, dengan membaca “Alif Lam Mim” saja, pembaca Al-quran sudah mendapatkan tiga puluh kebaikan. Subhanallah! Ketakjuban terasa memenuhi relung jiwa mereka. Ini baru membaca saja. Apatah lagi jika memahami isinya dan apatah lagi jika ayat-ayat itu diamalkan dalam kehidupan nyata. Tentu, peribadi-peribadi yang dihiasi dengan nilai Al-quran akan memancarkan kedamaian dan kesejukan yang luar biasa. Jiwanya penuh kebaikan. Dan kebaikan itu tidak melahirkan apapun selain kebaikan yang berlipat kali ganda.

Sungguh indah gambaran seorang pembaca Al-quran, pohonnya bagus dan buahnya wangi. Itu adalah balasan Allah di dunia. Dan di akhirat Al-quran akan memberikan syafaat bagi pembacanya sehingga ia terhindar dari jilatan api neraka yang menyala-nyala. Kita pastinya jelas tersentuh mendengar khabar gembira ini, dan motivasi untuk segera mewujudkannya semakin membesar dan menggelora di dada.
Sebagian besar ummat Islam ketika ini, tidak dinafikan memiliki tingkat kedekatan yang rendah dengan Al-quran. Jangankan berbicara masalah penerapan nilai-nilai Al-quran dalam kehidupan, pemahaman akan isi dan kandungan Al-quran sebahagian besar ummat Islam pun masih terasa sangat kurang. Terbukti makin merebaknya aliran-aliran sesat yang menyusup di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Terlepas apakah merebaknya aliran sesat itu adalah wujud konspirasi atau bukan, seharusnya fenomena-fenomena itu menyedarkan seorang Muslim untuk lebih dekat kepada sumber agamanya. Salah satunya dengan belajar dan berlatih berinteraksi lebih dekat dengan Al-quran, yang dimulai dengan interaksi dengan cara belajar membacanya.
Betapa banyak orang mengaku tidak boleh membaca Al-quran, tetapi tidak banyak yang mempelajarinya dengan membentuk kelas. Betapa ramai orang yang mengaku dahaga dan jiwanya kering, tetapi mereka malah hanyut dengan lagu-lagu “ruhani”, bukan berinteraksi sedekat-dekatnya dengan Al-quran penyubur jiwa.
Tidak semua orang peduli dengan Al-quran, padahal Al-quran adalah salah satu pusaka (selain Al-Hadits) yang mampu menyelamatkan kehidupan manusia, baik di dunia ini mahupun sesudahnya, dari malapetaka dan mara bahaya. Tidak semua orang dapat menghadirkan nilai-nilai Al-quran di relung jiwa. Hanya mereka yang berhati bersih dan ikhlas sajalah yang mampu melakukannya.
Ada baiknya setiap hamba bertanya kepada diri masing-masing “sudah adakah Al-quran dalam hatiku?”. Ya, sebab jika bukan Al-quran yang ada dalam hati, berarti ada nilai-nilai bukan Al Quran yang bersarang dan mendominasi jiwa, yang boleh jadi bukan memimpin akan tetapi menyesatkan sang hamba dari jalan kebenaran.
Waalahuaklam..

Thursday, October 13, 2011

Persoalan Syirik

Ketika hak manusia diperlekehkan, seperti kes anak diperkosa ayah kandungnya sendiri, sudah dicabul kehormatannya dibunuh pula, hampir semua kita tidak menerimanya. “SADIS…..!!!” kata sebahagian orang. Tetapi giliran hak Allah diperlekehkan, dengan berbagai kemungkaran, tidak menunjukkan ibadah kepadaNYA saja (padahal dia mengaku Islam), kuburan disembah dan disiapkan berbagai upacara atau ritual, kotoran binatang dijadikan rebutan untuk mendapatkan barakah, menemui makhluk halus penjaga gunung untuk meminta informasi mengenai keadaan gunung tersebut, dan banyak lagi…. HATI SIAPA YANG TAK TERGURIS ? Lantas, kejahatan apalagi yang lebih besar daripada berbuat jahat kepada Allah ?.

Masalahnya terletak pada ketidakfahaman umat tentang asas agamanya iaitu Tauhid. Perkara yang dasar ini wajib dipelajari oleh semua insan, tanpa terkecuali. Kitab Allah diturunkan demi menjelaskan tauhid. Para Rasul diutus demi mendakwahkan tauhid. Segala sesuatu yang diciptakan demi merealisasikan tauhid. Sungguh perintah Allah yang terbesar adalah TAUHID, dan larangan yang terkeras adalah syirik. Maka pelajarilah tauhid dan lawannya.

Masalah yang lain kebanyakan kita sepakat harus bertauhid dan tidak berbuat syirik. Namun pada umumnya kita tidak mengetahui hakikat kesyirikan. Tidak diragukan lagi bahwa syirik adalah dosa nombor satu seluruh alam, dosa besar. Allah tidak mengampuni dosa yang satu ini, kecuali bertaubat. Tetapi tahukah kita, kesyirikan bermula dari sikap yang berlebihan kepada orang-orang yang Shalih? Mendatangi dukun atau bomoh. Bertanya hal-hal yang ghaib dengan membenarkannya ataupun tidak termasuk dalam perincian syirik? Bahkan lebih parah lagi, mendatangkan dukun-dukun ke rumah-rumah melalui media, filem atau majalah (media cetak) serta juga media Internet, baik secara sedar atau tidak sedar.

Jika kita mahu berfikir, adakah orang yang masuk syurga tanpa Tauhid? atau adakah orang yang masuk syurga dengan membawa dosa syirik. Mustahil!!
Tokoh-tokoh yang bersih tauhidnya saja masih takut terhadap bahaya syirik. Tentunya kita semua yang miskin Ilmu dan Iman harusnya tidak merasa aman dari bahaya syirik. Sangat memungkinkan bagi kita terjerumus ke dalam syirik akbar apalagi syirik ashghar.

Akhirnya betapapun kecilnya dosa, hal itu dikhuatirkan akan menjadi langkah awal dari sebuah jalan menuju kesyirikan. Oleh kerana itu segeralah bagi kita bertaubat, sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Jangan kira syirik itu tidak akan pernah kita lakukan kalau kita tidak mahu mempelajari dan memahaminya. Mampukah kita mencari jejak semut hitam di batu hitam dalam kegelapan malam ? Ada jenis syirik yang lebih samar dari perumpamaan itu. Bagaimana cara mengatasinya ? hanya satu jalan iaitu mempelajarinya.
Harapan kita, semoga penjelasan ini mampu memberikan kita apa yang kita perlukan terutama masalah Tauhid. Wallahu A’lam.

Tuesday, October 11, 2011

Ya Allah! Sesungguhnya Aku Telah Banyak Menzalimi Diriku!

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada penutup para rasul, kepada para keluarga dan sahabat beliau.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash radhiallahu ‘anhuma, dia mengatakan:
“Abu Bakr radhiallahu ‘anhu pernah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, ajarilah aku sebuah doa yang boleh kupanjatkan dalam solatku.” Nabi menjawab: “Katakanlah:
“Allahumma inni zhalamtu nafsi zhulman katsira wa laa yaghfirudz dzunuba illa anta faghfirli min ‘indika maghfiratan innaka antal ghafurur rahim “
(Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menzhalimi diriku sendiri dan tidak ada yang mampu mengampuni dosa melainkan Engkau, maka berilah ampunan kepadaku dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun dan maha penyayang.”[HR BUKHARI]

Saudaraku, yang dimuliakan Allah. Cubalah Anda memerhatikan dan merenungkan hadits yang agung ini. Bagaimana Ash Shiddiqul Akbar, Abu Bakr radhiallahu ‘anhu meminta kepada Nabi agar mengajarkan sebuah do’a untuk dipanjatkan dalam shalatnya, dan nabi pun memerintahkan beliau untuk mengucapkan do’a di atas. Padahal kita semua tahu kedudukan Abu Bakar. Menurut anda, bagaimana dengan diri kita, yang sentiasa melampaui batas terhadap diri kita sendiri, apa yang layak kita ucapkan?!
Mengenai keutamaan Abu Bakr disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada sahabatnya:

“Siapakah diantara kamu yang memasuki waktu pagi dalam keadaan berpuasa di hari ini? Abu Bakar menjawab: “Aku.” Rasulullah bertanya lagi, “Siapakah diantara kamu yang mengiringi jenazah pada hari ini?” “Aku”, jawab Abu Bakr. “Rasulullah bertanya: “Siapakah diantara kamu yang memberi makan kepada orang miskin pada hari ini?” Abu Bakr kembali menjawab: “Aku.” Rasulullah kembali bertanya; “Siapakah diantara kamu yang menziarahi orang sakit pada hari ini?” Abu Bakr menjawab, “Aku.” Maka nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda: “Tidaklah seluruh perkara tersebut terkumpul pada diri seseorang melainkan dia akan masuk syurga.”[HR MUSLIM]

Benar, dialah Abu Bakar, wahai saudaraku, peribadi terbaik umat ini setelah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai kesepakatan ahli sunnah, tanpa ada khilaf. Barangsiapa yang mengingkari status sahabat beliau, sungguh dia telah mendustakan firman Allah:

“Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (At Taubah: 40).


Dan barangsiapa yang mendustakan Allah, sungguh dia telah terjerumus ke dalam kekafiran!
Abu Bakr radhiallahu ‘anhu adalah sahabat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan sahabat yang paling utama dan telah dipastikan akan masuk syurga, meski demikian nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajar beliau untuk sentiasa mengucapkan,”Ya Allah sesungguhnya aku telah banyak menzhalimi diri.”

Saudaraku, bukankah diri kitalah yang lebih layak mengucapkan do’a di atas? Bukankah kita sentiasa berbuat dosa sepanjang siang dan malam? Apabila memasuki waktu pagi, kita tidak sedar akan dosa dan kesalahan yang telah diperbuat kecuali hanya sedikit saja, kita sangat jarang mengetahui betapa sedikitnya usaha kita dalam menjalankan berbagai kewajiban? Bukankah kita sentiasa merasa bahwa tidak ada seorang pun yang lebih baik dari diri kita, bukankah kita sentiasa memandang kitalah yang paling baik dalam beragama? Demi Allah, wahai saudaraku, sesungguhnya seluruh hal tersebut adalah penyakit yang akut.
Oleh kerana itu, aku mengajak diriku dan Anda sekalian untuk rehat dan muhasabah diri di setiap saat. Mari kita memperbanyak istighfar dan taubat serta sentiasa kembali kepada-Nya.
Ketahuilah saudaraku, semoga Allah memberikan taufik-Nya kepadaku dan dirimu, mengakui dosa merupakan jalan menuju taubat dan sebab turunnya maghfirah. Anda tentu tahu hadits Sayyidul Istighfar yang masyhur, bukankah di dalam hadits tersebut tercantum lafadz do’a berikut,
Aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang kuasa mengampuni melainkan Engkau semata.[HR BUKHARI]

Perhatikan, wahai Saudaraku, mengakui dosa merupakan awal perjalanan taubat.
Oleh kerana itu, marilah kita menyesali segala dosa dan tindakan melampaui batas yang telah diperbuat, begitu pula berbagai kewajiban yang telah dikerjakan dengan penuh kekurangan. Dengan demikian, wahai saudaraku, seorang yang berakal, jika melihat orang yang lebih tua akan berujar di dalam hati: “Beliau telah terlebih dahulu beribadah kepada Allah daripada diriku”; jika melihat orang yang lebih muda, dia berujar: “Aku telah mendahuluinya dalam hal dosa”; jika melihat da’i-da’i pemberi petunjuk, dia mencintai dan berusaha meneladani mereka. Dan apabila melihat mereka yang tersesat dan tenggelam dalam kemaksiatan, dirinya memuji Allah dan tidak mencela mereka. Bahkan dia memanjatkan pujian kepada-Nya kerana telah melindungi dari kesesatan yang menimpa mereka, dia memuji Allah kerana telah mengutamakan dirinya dengan petunjuk-Nya dari sekian banyak makhluk-Nya.
Seandainya Allah ingin, tentulah dia akan seperti mereka. Dengan demikian, dia tidak akan merasa tinggi hati, bahkan kepada pelaku maksiat dan mereka yang tersesat. Dia akan merasa kasihan dan merasa sayang serta berusaha untuk memperbaiki mereka, di samping dia berkewajiban untuk membenci tindakan mereka yang telah menyelisihi perintah Allah dan rasul-Nya. Perkara inilah yang patut diteliti dan diperhatikan.
Akhir kata, aku memohon kepada Allah agar memberi ampunan dari sisi-Nya dan mencurahkan rahmat-Nya kepada kita dan segenap kaum muslimin. Walhamdu lillahi rabbil ‘alamin.



SEMOGA ALLAH AMPUNI DOSA-DOSAKU..INSAN FAKIR.
~...HANYA HAMBA....~