Rutin pekerjaan dan kesibukan dunia yang tiada habisnya, sering menjadi penyebab dari hati yang kering dan gersang dari sumber mata air iman yang menyejukkan. Ibarat kafilah yang melintas di padang pasir dengan muatan harta yang berlimpah, ia menjadi tidak bernilai tatkala kehausan (dehidrasi) memenuhi sekujur raganya. Setitis air, yang tatkala harganya tiada seberapa, menjadi bernilai dalam keadaan jiwa yang dirundung kegersangan dan kehausan yang tiada tara.
Itulah fitrah dari orang-orang beriman, yang sentiasa mengharap nilai-nilai yang mampu menyuburkan keimanannya. . Di tengah pekerjaan dan status karier yang dimilikinya, hati mereka sebenarnya tidak sepenuhnya mencukupi keperluannya. Jiwa mereka dahaga. Mereka mengharapkan keluasan hati laksana samudera, kesejukan jiwa laksana embun di pagi hari, dan kedamaian laksana bunyi deruan ombak yang menenteramkan jiwa.
Sebagai Muslim dan Muslimah sudah tentu mereka mengharapkan sntuhan rohani tentunya perkara yang bersangkutan dengan informasi keislaman dan keimanan, baik berupa taujih, tausiyah, renungan, tafakkur, atau kisah-kisah singkat yang sarat dengan pesanan dan inspirasi tentang bagaimana seharusnya mengelola kehidupan menuju ridha-Nya. Namun semua itu rasanya tiada cukup manakala mereka belum berinteraksi dan bersentuhan langsung dengan sumber penawar dahaga keimanan, iaitu Al-Quran.
Sudah masyhur di tengah perbincangan mereka bahawa bagi yang membaca Al-quran, maka satu huruf yang dibacanya berbalas dengan sepuluh kebaikan. Dan bukanlah “Alif Lam Mim” itu satu huruf, akan tetapi “Alif” satu huruf, “Lam” satu huruf, dan “Mim” satu huruf. Luar biasa, dengan membaca “Alif Lam Mim” saja, pembaca Al-quran sudah mendapatkan tiga puluh kebaikan. Subhanallah! Ketakjuban terasa memenuhi relung jiwa mereka. Ini baru membaca saja. Apatah lagi jika memahami isinya dan apatah lagi jika ayat-ayat itu diamalkan dalam kehidupan nyata. Tentu, peribadi-peribadi yang dihiasi dengan nilai Al-quran akan memancarkan kedamaian dan kesejukan yang luar biasa. Jiwanya penuh kebaikan. Dan kebaikan itu tidak melahirkan apapun selain kebaikan yang berlipat kali ganda.
Sungguh indah gambaran seorang pembaca Al-quran, pohonnya bagus dan buahnya wangi. Itu adalah balasan Allah di dunia. Dan di akhirat Al-quran akan memberikan syafaat bagi pembacanya sehingga ia terhindar dari jilatan api neraka yang menyala-nyala. Kita pastinya jelas tersentuh mendengar khabar gembira ini, dan motivasi untuk segera mewujudkannya semakin membesar dan menggelora di dada.
Sebagian besar ummat Islam ketika ini, tidak dinafikan memiliki tingkat kedekatan yang rendah dengan Al-quran. Jangankan berbicara masalah penerapan nilai-nilai Al-quran dalam kehidupan, pemahaman akan isi dan kandungan Al-quran sebahagian besar ummat Islam pun masih terasa sangat kurang. Terbukti makin merebaknya aliran-aliran sesat yang menyusup di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Terlepas apakah merebaknya aliran sesat itu adalah wujud konspirasi atau bukan, seharusnya fenomena-fenomena itu menyedarkan seorang Muslim untuk lebih dekat kepada sumber agamanya. Salah satunya dengan belajar dan berlatih berinteraksi lebih dekat dengan Al-quran, yang dimulai dengan interaksi dengan cara belajar membacanya.
Betapa banyak orang mengaku tidak boleh membaca Al-quran, tetapi tidak banyak yang mempelajarinya dengan membentuk kelas. Betapa ramai orang yang mengaku dahaga dan jiwanya kering, tetapi mereka malah hanyut dengan lagu-lagu “ruhani”, bukan berinteraksi sedekat-dekatnya dengan Al-quran penyubur jiwa.
Tidak semua orang peduli dengan Al-quran, padahal Al-quran adalah salah satu pusaka (selain Al-Hadits) yang mampu menyelamatkan kehidupan manusia, baik di dunia ini mahupun sesudahnya, dari malapetaka dan mara bahaya. Tidak semua orang dapat menghadirkan nilai-nilai Al-quran di relung jiwa. Hanya mereka yang berhati bersih dan ikhlas sajalah yang mampu melakukannya.
Ada baiknya setiap hamba bertanya kepada diri masing-masing “sudah adakah Al-quran dalam hatiku?”. Ya, sebab jika bukan Al-quran yang ada dalam hati, berarti ada nilai-nilai bukan Al Quran yang bersarang dan mendominasi jiwa, yang boleh jadi bukan memimpin akan tetapi menyesatkan sang hamba dari jalan kebenaran.
Waalahuaklam..
No comments:
Post a Comment