Tuesday, November 1, 2011

Kepahitan Di Dunia Adalah Kemanisan Di Akhirat

Kepalsuan-kepalsuan akan keindahan dunia memaksakan sebahagian besar manusia di masa ini saling berlumba-lumba dalam mencapai kesuksesan dunia, sehingga sebahagian besar manusia tidak enggan mencabuli sendi-sendi keimanan dan keTauhidan. Mulai dari mencari rezeki sehingga dengan memanfaatkan rezeki yang sesungguhnya adalah pinjaman dari Allah Ta’ala. Tidak jarang diantara manusia tersebut adalah dari kalangan yang telah memiliki dasar agama bahkan telah pernah menjadi aktivis da’wah ataupun da’i. Namun godaan dan fitnah dunia memang sangatlah berat sehingga tidak sedikit yang terjerumus akibat kekhilafan yang mereka lakukan baik disengaja mahupun tidak disengaja.

Manusia sering tergoda dengan manisnya dunia dengan berbagai macam fasiliti yang tersedia dan tidak sedikit yang akhirnya melupakan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah. Bahkan mereka sangat mencela berbagai kepahitan di dunia ini dengan berbagai macam umpatan, keluh kesah atupun amarah. Terlihat sebahagian manusia yang menghina seseorang yang menderita kerana berjuang mencari harta dan rezeki yang halal serta terbebas dari unsur kemaksiatan, minuman keras dan kerosakan agama yang telah menjadi seperti wabak.
Hendaklah kita mengetahui bahwa kepahitan dunia adalah kemanisan akhirat, begitu pula sebaliknya kemanisan dunia adalah kepahitan di akhirat. Sungguh, lebih baik bila seseorang beralih dari kepahitan sementara kepada kemanisan abadi daripada sebaliknya. Jika ini belum dapat kita fahami, maka perhatikanlah sabda Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam:
“Syurga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka dikelilingi oleh syahwat.” (HR: Muslim [2822] dalam Al-Jannah, Bab “Sifat Syurga dan Kenikmatannya”)

Pada kedudukan ini tingkat dan tahap manusia berbeza-beza dan akan terlihat hakikat diri mereka. Kebanyakan manusia mengutamakan kemanisan sementara dengan mengorbankan kemanisan abadi, serta tidak kuasa menanggung kepahitan sesaat untuk mendapatkan kemanisan abadi. Kehinaan sesaat untuk meraih kemulian abadi, serta ujian sesaat untuk mendapatkan kesentosaan abadi. Baginya yang ada sekarang adalah nyata, sedangkan yang dinanti masih ghaib. Imannya lemah dan kekuasaan nafsu benar-benar kukuh, sehingga lahirlah sikap mengutamakan dunia dan penolakan terhadap akhirat. Inilah keadaan mereka yang pandangannya tertuju hanya kepada perkara-perkara nyata, permulaan dan dasarnya saja. Adapun pandangan cerdas yang menembus tirai dunia sehingga mampu mencapai berbagai akibat dan puncak persoalan, maka keadaannya akan berbeza.

Maka ajaklah diri anda untuk melihat apa yang dipersiapkan oleh Allah Ta’ala bagi para waliNya yang taat kepadaNya, iaitu kenikmatan abadi, kebahagiaan selamanya, dan kemenangan paling besar. Serta kepada apa yang dipersiapkan oleh Allah Ta’ala untuk orang-orang yang malas dan lalai serta tidak menjadikan syariat sebagai landasan mencari kenikmatan/rezeki, iaitu berupa kehinaan, hukuman, dan penyesalan yang kekal. Pilihlah mana di antara keduanya yang lebih layak untuk anda ambil. Masing-masing akan bekerja sesuai dengan bahagiannya dan setiap orang akan berbuat menurut keadaan masing-masing dan yang sesuai dengan dirinya, tentunya dengan berbagai kesan yang harus diterima berdasarkan pilihan tersebut. Wallahu ‘Alam..

No comments:

Post a Comment