Wednesday, November 9, 2011

Persoalan Cinta Dan Berkahwin Tanpa Cinta Menurut Syariat Islam..

Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam jiwa manusia, iaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan fikiran dan fizikalnya. Sebagaimana Firman Allah :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya adalah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri , supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya , dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih sayang .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar Rum: 21)


Cinta pada dasarnya adalah bukanlah sesuatu yang kotor, kerana kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram. Cinta mengandungi segala makna kasih sayang, keharmonian, penghargaan dan kerinduan, disamping mengandungi persiapan untuk menempuh kehidupan dikala suka dan duka, lapang dan sempit.


Cinta Adalah Fitrah Yang Suci
Cinta bukanlah hanya sebuah tarikan secara fizikal saja. Tarikan secara fizikal hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya.Dan sememangnya fitrah manusia untuk menyukai keindahan.Namun, disamping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan keperibadian dengan akhlak yang baik.
Islam adalah agama fitrah kerana itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia.Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia .Akan tetapi Islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga , dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.
Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.


Berkahwin Tanpa Cinta
Adakalanya sebuah pernikahan terjadi tanpa dilandasi oleh cinta. Mereka berpendapat bahwa cinta itu akan muncul setelah pernikahan. Islam memandang bahwa faktor tarikan merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan begitu saja.Islam melarang seorang wali menikahkan seorang gadis tanpa persetujuannya dan menghalanginya untuk memilih lelaki yang disukainya seperti yang termuat dalam Al Qur’an dan Assunnah.
Firman Allah : “Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kahwin dengan bakal suaminya” (QS. Al Baqarah: 232)
“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu , bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam , lalu ia memberitahukan bahwa ayahnya telah menikahkannya padahal ia tidak suka , lalu Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam memberikan hak kepadanya untuk memilih” (HR Abu Daud)
Kerana yang menjalani sebuah pernikahan adalah kedua pasangan itu bukanlah wali mereka.
Selain itu seorang yang hendak menikah hendaklah melihat dahulu calon pasangannya seperti termuat dalam hadis:
“Apabila salah seorang dari kamu meminang seorang wanita maka tidaklah dosa atasnya untuk melihatnya, jika melihatnya itu untuk meminang, meskipun wanita itu tidak melihatnya” (HR. Imam Ahmad)
Memang benar dalam beberapa kes, pasangan yang menikah tanpa didasari cinta dapat mempertahankan pernikahannya. Tapi apakah hal ini selalu terjadi, bagaimana bila yang terjadi adalah sebuah neraka pernikahan, kedua pasangan saling membenci dan saling mencaci maki satu sama lain. Sebuah pernikahan dalam Islam diharapkan dapat memayungi pasangan itu untuk menikmati kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang dengan mengikat diri dalam sebuah perjanjian suci yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kerana itulah rasa cinta dan kasih sayang ini sudah selayaknya merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum kedua pasangan mengikat diri dalam pernikahan. Kerana inilah salah satu kunci kebahagian yang hakiki dalam menghadapi masalah-masalah rumah tangga pada masa mendatang.
Wallahu a’lam…

No comments:

Post a Comment